Direktur Indef M
BACA JUGA: Penerimaan Bea Cukai Lampaui Target APBNP
Ikhsan Modjo mengatakan, tekanan kuat terhadap investasi, ekspor, dan depresiasi rupiah menjadi faktor dominan bagi terkoreksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada warsa depanBACA JUGA: Meski Krisis, BUMN Tetap Ekspansif
Apalagi, Tiongkok dan India, yang diharapkan mampu menjadi penopang limbungnya negara-negara maju, pertumbuhan ekonominya juga menurunHal itu akan mengurangi ekspor komoditas energi dan perkebunan yang selama ini porsinya banyak tersedot ke dua negara itu
BACA JUGA: Swasta Bebas Pajak Tergantung Pemerintah
"Jadi, tidak bisa sekarang kita bilang bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuatApa yang terjadi saat ini menjadi bukti cukup rapuhnya fundamental perekonomian," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/11).Menurut dia, fundamental ekonomi yang diklaim kuat ternyata tumpul disebabkan oleh dua halYaitu, keterlambatan kebijakan pemerintah dan struktur ekonomi yang semu"Pemerintah terlambatKebijakan-kebijakan konkret baru dilakukan pada pertengahan Oktober 2008Tidak ada deteksi dini yang tepat terhadap kondisi sasaran utama krisis, yaitu perbankan dan matauang," jelasnya.
Depresiasi rupiah juga membuat tekanan tersendiri terhadap pertumbuhan"Hingga kini, pembayaran utang luar negeri membengkak Rp 20 triliun akibat melemahnya kurs rupiah," imbuh Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika.
Ikhsan menambahkan, depresiasi rupiah akan banyak memukul kinerja perekonomianMelemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD akan memengaruhi neraca perusahaanKemudian, sambung dia, neraca perusahaan yang tertekan akan berimbas ke neraca bank"Hingga, muaranya akan berpengaruh ke neraca pemerintah," tutur ekonom asal Unair, Surabaya, tersebut"Inilah lingkaran krisis neraca pembayaran," sambungnya.
Depresiasi rupiah bakal memukul perusahaan yang membutuhkan bahan baku impor"Muaranya, penurunan rupiah akan meningkatkan laju core inflation," ujarnya.
Bagaimana jika pertumbuhan 2009 digenjot dengan menambah belanja negara? "Susah juga, sebab kalau sampai defisit meningkat akan memunculkan crowding-out efek investasi swasta dan menyerap likuiditas domestik," terangnya(eri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perang antar Operator Mulai Anarkis
Redaktur : Tim Redaksi