Dermawan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 13 Juli 2021 – 13:14 WIB
Ilustrasi warga DKI Jakarta memakai masker mewaspadai ancaman Covid-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Indonesia benar-benar negara unik yang bisa bikin bingung para ahli sosiologi dunia.

Pada satu sisi, Indonesia tahun ini dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia.

BACA JUGA: Gandeng Dinas Kesehatan, Danone Indonesia Dukung Percepatan Vaksinasi Remaja

Namun, tahun ini juga Indonesia dinobatkan sebagai negara yang paling kurang ajar se-Asia Tenggara, dalam hal sopan santun penggunaan media sosial.

Dua hal yang kontradiktif seperti bisa terjadi di Indonesia. Hal-hal yang ironis banyak terjadi di Indonesia. Hal-hal yang paling paradoksal terjadi setiap saat di Indonesia.

BACA JUGA: Rachman Thaha Ingatkan Pemerintah soal Vaksin Berbayar, Ini Masalah Serius

Mau cari orang paling kaya super crazy rich ada di Indonesia. Mau cari orang paling melarat pun banyak di Indonesia.

Karena itu, sebuah bait lagu perjuangan dipelesetkan untuk menggambarkan negeri yang penuh dinamika ini, "Itulah Indonesia…". Setiap kali ada inkonsistensi, ada ironi, ada paradoks, ada kontroversi, cukuplah nyanyikan satu bait, "Itulah Indonesia…"

BACA JUGA: Vaksinasi Gotong Royong Bukan demi Untung, Sebaiknya Kimia Farma Berjalan Terus

Penuis Elizabeth Pisani terheran-heran menyaksikan hal itu. Dia seorang traveler dan antropolog plus jurnalis, yang sudah berkeliling Indonesia sampai ke pelosok-pelosok kecil.

Dia benar-benar heran melihat negeri yang begitu majemuk dan begitu indah dan kaya-raya alamnya. Dia begitu terheran-heran melihat keberagaman budaya, ketangguhan, ketabahan, kesetiaan bangsa ini.

Namun, dia juga mengaku tidak habis mengerti dengan berbagai kecurangan, keculasan, kejahatan, yang terjadi di negara ini.

Itulah Indonesia. Begitu kesimpulan Pisani tanpa mengutip potongan syair itu. Tidak ada negara di dunia yang bisa menandingi Indonesia. Tidak ada negara di dunia yang seunik Indonesia. Judul buku yang ditulis Pisani ‘’Indonesia, Etc: Exploring the Improbable Nation’’ (2015), menggambarkan semua keunikan itu.

Bangsa yang paling mustahil di dunia, the improbable nation. Itulah Indonesia.

Bangsa yang paling lengkara di dunia. Itulah Indonesia. Bangsa yang paling tidak mungkin. Itulah Indonesia. Judul buku Pisani itu menyedihkan, tetapi menggambarkan kenyataan.

Karena itu, ketika Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan dan sekaligus paling kurang ajar, Pisani pasti tidak kaget. Pisani mafhum, karena kemustahilan seperti itu tidak mungkin terjadi di negara lain. Lengkara semacam itu hanya terjadi di Indonesia.

Yang unik adalah bahwa setelah melihat berbagai kontroversi itu Pisani justru jatuh cinta kepada Indonesia dengan segala aspeknya. Ia jatuh cinta kepada bangsa yang mustahil ini. Ia jatuh cinta secara harfiah kepada pria Indonesia dan memutuskan untuk menikah.

Negara yang diproklamasikan secara tergesa-gesa. Bahkan teks proklamasinya mencantumkan kata dll (dan lain-lain) saking tergesa-gesanya. Kata itu dalam bahasa Inggris disebut et cetera disingkat etc. Apa saja dll itu? Entahlah. Yang penting merdeka dulu, dll itu diselesaikan belakangan.

Karena sudah biasa menghadapi berbagai dll, Indonesia punya ketangguhan yang kuat sebagai bangsa. Di satu sisi Indonesia adalah bangsa paling ramah di dunia, semua orang begitu mudah tersenyum kepada orang yang tidak dikenal sekali pun.

Namun, di sisi lain, Indonesia menjadi negara paling bengis di dunia karena terjadinya pembunuhan ratusan ribu atau jutaan orang pada kurun 1965-an.
Bagaimana menjelaskan hal itu? Tidak perlu penjelasan.

Cukup katakan, "Itulah Indonesia". Negara paling mustahil di dunia. Apa saja bisa terjadi pada saat bersamaan, tidak peduli sekontroversial apa pun.

Hal itu menjadi modal besar untuk bertahan. Indonesia tahan dijajah selama 350 tahun, kalau Anda percaya terhadap fakta itu.

Indonesia bisa melalui krisis-krisis berat macam apa pun. Indonesia bisa menghadapi bencana alam sedahsyat apa pun.

Tahun ini Indonesia dikukuhkan sebagai negara paling dermawan di dunia versi World Giving Index 2021. Laporan World Giving Index (WGI) yang dirilis oleh CAF (Charities Aid Foundation) menempatkan Indonesia di peringkat pertama dengan skor dari 69%.

The World Giving Index (WGI) adalah laporan tahunan yang diterbitkan oleh Charities Aid Foundation (CAF), menggunakan data yang dikumpulkan oleh Gallup, dan memeringkat lebih dari 140 negara di dunia berdasarkan seberapa dermawan mereka dalam menyumbang.

Pada laporan WGI 2021 Indonesia menempati dua peringkat teratas dari tiga kategori atau indikator yang menjadi ukuran WGI, yakni menyumbang pada orang asing/tidak dikenal, menyumbang uang dan kegiatan kerelawanan/volunteer. 

Hasil penelitian CAF menunjukkan lebih dari delapan dari sepuluh orang Indonesia menyumbangkan uang pada tahun ini, sementara tingkat kesukarelawanan di Indonesia tiga kali lipat lebih besar dari rata-rata tingkat kesukarelawanan dunia.

Pandemi dan krisis ekonomi tampaknya tak menghalangi masyarakat Indonesia untuk berbagi. Pandemi dan krisis justru meningkatkan semangat solidaritas masyarakat untuk membantu sesama.

Yang berubah hanya bentuk sumbangan dan jumlahnya saja. Masyarakat yang terkena dampak tetap berdonasi uang meski nilai sumbangan lebih kecil, atau berdonasi dalam bentuk lain, seperti barang dan tenaga.

Di beberapa lembaga sosial dan filantropi jumlah donasi tetap naik, meski peningkatannya tidak setinggi pada saat normal. Ibu-ibu membuat dapur umum dan membagikan makanan kepada orang-orang yang melakukan isolasi mandiri.

Para tetangga patungan dengan sukarela untuk menyediakan makanan dan berbagai kebutuhan kepada tetangga yang melakukan isolasi.

Ketika dikasih vaksinasi gratis orang berbondong-bondong ikut antre. Namun, sekarang ketika vaksin dijual dengan alasan untuk gotong royong, kontan masyarakat marah dan memaki-maki dengan berbagai macam sumpah serapah. Itulah Indonesia.

Itulah sisi kabar buruknya. Hasil survei Microsoft tahun ini menunjukkan tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Dalam laporan berjudul "Digital Civility Index (DCI)", Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei.

Ini merupakan peringkat terendah di Asia Tenggara. Laporan itu berdasarkan survei yang diikuti oleh 16.000 responden di 32 negara. Sistem penilaian laporan tersebut berkisar dari skala nol hingga 100.

Semakin tinggi skor maka semakin rendah kesopanan daring di negara tersebut. Skor kesopanan daring di Indonesia sendiri naik delapan poin, dari 67 pada tahun 2019 menjadi 76 pada tahun 2020.

Microsoft menyampaikan ada 503 responden remaja dan dewasa yang terlibat dalam survei tersebut. Penelitian dilakukan mulai April dan Mei 2020. Di Indonesia, penurunan DCI seluruhnya didorong orang dewasa sebesar +16.

Hal ini kemudian mengakibatkan penurunan yang signifikan yang disebabkan oleh interaksi online negatif sebesar -15 poin.

Survei itu menyatakan Singapura kembali menjadi negara teladan di Asia Tenggara. Negara itu menempati urutan keempat secara global dan pertama di Asia Tenggara untuk tingkat kesopanan daringnya.

Urutan kedua ditempati oleh Malaysia dengan skor 63 dan berada di peringkat kelima secara global. Posisi ketiga ditempati Filipina dengan skor 66 dan berada di peringkat 13 global. Lalu Thailand dengan skor 69 dan peringkat 19 global.

Di atas Indonesia ditempati oleh Vietnam dengan skor 72 dan berada di peringkat 24 secara global. Adapun peringkat negara dengan tingkat kesopanan daring terbaik secara global adalah Belanda.

Itulah Indonesia dengan segala kontroversinya. (*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler