Desa Wisata Menyemai Kesejahteraan, Sebuah Kunci Keberlanjutan

Oleh: Siska Mayla

Jumat, 09 Februari 2024 – 20:20 WIB
Ketua Forum Millenial Peduli Kesetaraan Gender Siska Mayla. Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com - Isu desa wisata menjadi sorotan utama dalam debat cawapres 2024, di mana calon wakil presiden nomor 2, Gibran Rakabuming Raka, mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

Keberanian Gibran mengangkat isu ini di panggung politik mengindikasikan kesadaran akan potensi besar desa wisata dalam pengembangan pariwisata di Indonesia.

BACA JUGA: Penglipuran jadi Desa Wisata Terbaik Dunia, Pelindo: Kami Bangga

Dalam pernyataannya, Menparekraf mengungkapkan bahwa isu desa wisata yang diangkat oleh pasangan calon presiden nomor 2, Prabowo Subianto, memiliki potensi untuk meningkatkan profil 6.000 desa wisata di Nusantara.

Fokus pada contoh sukses seperti Desa Wisata Ketapanrame di Mojokerto, Jawa Timur, menjadikan inisiatif ini semakin relevan dan penting.

BACA JUGA: Fery Farhati dan Mutiara Baswedan Kunjungi Desa Adat Sade di Lombok

Desa Wisata Ketapanrame: Sebuah Inspirasi

Desa Wisata Ketapanrame, yang berhasil meraih gelar “Desa Wisata Terbaik” dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023, memberikan gambaran nyata tentang bagaimana desa-desa di Indonesia dapat menjadi destinasi wisata unggulan.

BACA JUGA: Ini Tampang Oknum Kades Tersangka Korupsi Dana Desa di Karawang

Terletak di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, desa ini menonjolkan beragam pilihan alternatif wisata, mulai dari alam, budaya, kreasi, hingga edukasi.

Sektor wisata alam Desa Wisata Ketapanrame menyuguhkan keindahan Sawah Sumber Gempong, keeksotisan Air Terjun Dlundung dan Air Terjun Talang, serta pesona Perkebunan Kopi. Keberagaman ini menciptakan pengalaman berlibur yang lengkap bagi wisatawan yang menginginkan kedamaian alam dan keindahan pemandangan.

Di sisi wisata budaya, Desa Wisata Ketapanrame menawarkan pengalaman unik dengan kegiatan seperti pencak silat, bantengan, bermain gamelan, dan tari Mayang Rontek.

Pengunjung dapat merasakan kehangatan dan keaslian budaya lokal, menciptakan hubungan yang lebih dalam dengan masyarakat setempat.

Taman Ghanjaran dan Taman Kelinci yang ada di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang menyukai wisata buatan.

Tempat-tempat ini menciptakan atmosfer menyenangkan dan ceria, menjadi tempat yang populer di kalangan pengunjung.

Inovasi dan kreativitas dalam pembangunan destinasi buatan memberikan nilai tambah pada pariwisata lokal.

Dalam bidang wisata edukasi, Desa Wisata Ketapanrame memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk berpartisipasi dalam kegiatan seperti menanam padi, membajak sawah, budidaya maggot, dan mengikuti proses pembuatan jamu secara langsung.

Edukasi ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga memupuk rasa kecintaan terhadap kearifan lokal dan keberlanjutan.

Keberhasilan Desa Wisata Ketapanrame tidak hanya terletak pada ragam wisata yang ditawarkan, tetapi juga pada kelengkapan fasilitas yang disediakan.

Homestay dengan fasilitas memadai, spot foto menarik, tempat kuliner yang mencerminkan keanekaragaman kuliner lokal, hingga kios suvenir yang menjual produk ekonomi kreatif lokal, semuanya merupakan faktor penentu dalam meraih gelar “Desa Wisata Terbaik” ADWI 2023.

Pentingnya Desa Wisata

Desa wisata menjadi relevan dan penting dalam konteks pengembangan ekonomi lokal.

Partisipasi masyarakat desa dalam mengelola dan memiliki saham di destinasi wisata mereka memberikan dampak positif ganda. Pertama, hal ini menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.

Keterlibatan langsung dalam industri pariwisata membuka peluang pekerjaan dan usaha bagi penduduk desa, mengurangi tingkat pengangguran, serta memberikan alternatif untuk mencari mata pencaharian tanpa harus merantau ke kota.

Kedua, melibatkan masyarakat dalam kepemilikan dan pengelolaan destinasi wisata membantu mengurangi risiko gentrifikasi atau penggusuran masyarakat lokal.

Banyak kali, ketika destinasi pariwisata berkembang tanpa keterlibatan masyarakat setempat, harga tanah meningkat secara signifikan, memaksa warga lokal untuk pindah karena tidak mampu mempertahankan tempat tinggal mereka.

Desa wisata, dengan memberikan saham kepada masyarakat desa, mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif, menjaga keberlanjutan budaya dan lingkungan.

Selain itu, desa wisata juga memberikan kontribusi positif terhadap pemberdayaan perempuan. Dalam banyak masyarakat desa, perempuan sering kali terbatas dalam akses dan partisipasi ekonomi.

Dengan adanya desa wisata, peluang usaha dan pekerjaan baru dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi perempuan untuk terlibat secara aktif dalam pengembangan destinasi wisata.

Mereka dapat terlibat dalam usaha kuliner, kerajinan tangan, atau bahkan menjadi pemandu wisata lokal. Hal ini tidak hanya menciptakan inklusivitas gender tetapi juga meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat lokal.

Gibran Rakabuming Raka, dengan mengangkat isu desa wisata, tidak hanya memberikan solusi terhadap masalah urbanisasi, tetapi juga mendukung visi pembangunan berkelanjutan.

Desa wisata menjadi model yang dapat diadopsi di berbagai wilayah di Indonesia untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian budaya lokal.

Dengan menerapkan konsep ini, kita tidak hanya menciptakan destinasi pariwisata yang menarik bagi wisatawan, tetapi juga memastikan bahwa masyarakat setempat mendapatkan manfaat yang adil dari industri ini.

Selain itu, Desa wisata juga menciptakan kesempatan untuk mendiversifikasi ekonomi lokal. Banyak desa di Indonesia masih mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utama penghidupan.

Dengan mengembangkan desa wisata, masyarakat desa dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam dan budaya mereka untuk menciptakan produk dan layanan wisata yang unik.

Ini tidak hanya menciptakan pendapatan tambahan, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian yang sering kali rentan terhadap perubahan iklim dan kondisi ekonomi global.

Pentingnya desa wisata juga terlihat dari potensinya dalam meningkatkan pendapatan nasional. Dengan mengembangkan lebih banyak desa wisata di seluruh Indonesia, kita dapat menarik lebih banyak wisatawan domestik maupun internasional.

Wisatawan yang berkunjung tidak hanya menghabiskan uang mereka untuk akomodasi dan makanan, tetapi juga membeli produk lokal, mengikuti kegiatan budaya, dan memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat setempat.

Ini menciptakan sirkulasi ekonomi yang positif dan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Tentu saja, untuk mencapai keberhasilan desa wisata, perlu adanya dukungan penuh dari pemerintah, baik dari tingkat nasional maupun daerah.

Kebijakan yang mendukung pengembangan desa wisata, insentif bagi investor, dan pendekatan partisipatif dalam perencanaan dan pengelolaan merupakan langkah-langkah penting.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam sektor pariwisata juga harus menjadi prioritas.

Desa wisata, seperti yang diangkat oleh Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres 2024, bukan hanya sekadar isu politik.

Ini adalah upaya nyata untuk menggali potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam sektor pariwisata, sekaligus memberdayakan masyarakat desa.

Melalui contoh sukses seperti Desa Wisata Ketapanrame, kita dapat melihat bahwa pembangunan pariwisata di tingkat desa bukan hanya menguntungkan dari segi ekonomi, tetapi juga sebagai upaya pelestarian budaya dan alam.

Dengan terus mendukung inisiatif semacam ini, Indonesia dapat memperkuat profil 6.000 desa wisata di Nusantara, menjadikannya destinasi unggulan yang menarik minat wisatawan domestik maupun internasional.

Penulis Adalah Ketua Forum Millenial Peduli Kesetaraan Gender


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler