jpnn.com - JOGJA – Manajemen PSIM Jogja menyayangkan keributan antara suporter PSIM dengan warga di beberapa lokasi di Sleman, Jumat (13/3). PSIM meminta aparat kepolisian menindak tegas para pelaku keributan dan perusakan, termasuk yang memblokir jalan Jogja-Magelang sehingga tidak dapat dilewati kendaraan.
“Kami menyayangkan peristiwa kemarin, suporter seharusnya lebih dewasa. Tapi kami juga menyayangkan pencegatan di jalan yang membuat arus kendaraan terganggu. Aparat seharusnya bisa tegas,” ujar Agung Damar Kusumandaru, manager sekaligus ketua umum PSIM Jogja dilansir Radar Jogja (Grup JPNN.com), Minggu (15/3).
BACA JUGA: Ah, Mas Bro...Nyetir Truk Mata Terpejam, Beginilah Jadinya
Aksi pencegatan di Jalan Jogja-Magelang, tepatnya di daerah Murangan dan Temulawak tersebut, membuat jalan tidak bisa dilewati dan menggangu masyarakat lainnya. Tim PSIM Jogja, terang Agung, juga baru bisa sampai di Jogja menjelang tengah malam. Pihaknya pun langsung melakukan koordinasi dengan dua kelompok suporter PSIM, Brajamusti dan Maident.
Dari hasil penuturan kedua kelompok suporter PSIM ini, selama perjalanan ke Magelang sudah mendapat provokasi seperti dilempari batu. Ini yang membuat perjalanan beberapa kali terhenti. Manajemen PSIM saat ini juga masih menunggu hasil pendataan yang dilakukan Brajamusti dan Maident terhadap anggotanya yang mengalami luka-luka.
BACA JUGA: Astaga, Ogah Kerja, Pemuda Ini Malah Tampar Ibu Kandungnya
“Info sementara tidak ada yang parah, tapi ada yang luka bacok dan kebanyakan kepalanya bocor kena lemparan batu,” terangnya.
Sementara itu ketika ditanya apakah akan mempertemukan semua kelompok suporter di DIJ untuk mengupayakan perdamaian, Agung mengaku hal itu bukan kewenangan manajemen PSIM Jogja. Tapi, lanjut dia, setelah manager meeting dan pembagian grup diketahui, ia akan menginisiasi pertemuan antarsuporter, termasuk dengan pihak keamanan.
BACA JUGA: Kapolres Pastikan Polisi Tembak Polisi Disanksi
“Juga untuk teknik pengamanan, karena kemungkinan tiga tim DIJ ini jadi satu grup sangat besar,” terangnya.
Terpisah, Presiden Brajamusti Rahmad Kurniawan mengklarifikasi pemberitaan di media yang menyebut suporter PSIM, terutama Brajamusti, melakukan tindakan anarkistis saat berangkat ke Magelang. Pria yang biasa disapa Mamex ini mengaku sebelum berangkat ke Magelang sudah kulonuwun ke pihak ke-polisian hingga ke dua kelompok suporter PSS Sleman, Slemania dan BCS.
“Kami punya tata krama, sebelum berangkat sudah koordinasi dengan kepolisian Sleman hingga Magelang, termasuk ke Slemania dan BCS,” terangnya.
Bahkan, lanjut dia, perjalanan dari Jombor hingga Mlati dijemput oleh BCS dan berjalan kondusif. Namun demikian saat memasuki Jalan Magelang Km 13 di wilayah Murangan atau di selatan RSUD Sleman, mulai mendapat gangguan lemparan batu. Diakui, rombongan sempat membalas lemparan batu tersebut untuk membela diri, sebelum melanjutkan perjalanan ke Magelang. Terkait isu penjarahan, Mamex membantahnya.
“Tidak ada penjarahan. Saat itu berhenti karena dilempari dan segera melanjutkan perjalanan,” terangnya.
Begitu pula saat perjalanan pulang, pihaknya sengaja memilih jalur Magelang-Purworejo-Wates, karena di Jalan Magelang sudah dicegat ribuan orang.
“Ternyata di Jalan Wates juga masih dilempari batu,” ujar Mamex yang mengaku baru sampai Jogja pukul 03.00 WIB.
Brajamusti sendiri saat ini membuka posko pengaduan sambil terus mendata jumlah korban. Dirinya mengaku belum memiliki data pasti berapa jumlah anggotanya yang menjadi korban dan kerusakan kendaraan bermotor. Sedangkan untuk komunikasi dengan Slemania maupun BCS, diakui belum dilakukan.
“Sekarang kami masih fokus pada pendataan internal dulu,” jelasnya.
Ketua Umum Slemania Lilik Yulianto mengaku prihatin atas peristiwa yang terjadi di Jalan Magelang Jumat (13/3). Padahal menjelang memasuki kompetisi divisi utama, pihaknya berencana melakukan konsolidasi antarsuporter sebagai upaya menciptakan suasana kondusif dan menghentikan permusuhan.
“Memang kemarin sebelum kejadian ada rencana pengurus Brajamusti dan Maident mam-pir ke Sleman setelah dari Magelang. Namun dengan kejadian itu, nampaknya harus cooling down dulu. Menunggu situasi dingin,” jelas Lilik.
Lilik mengimbau kepada Slemania untuk tidak terprovokasi dengan kerusuhan Jumat lalu. Sampai saat ini pihaknya masih menunggu klarifikasi dari pihak Brajamusti terkait aksi perusakan terhadap beberapa bangunan yang dilakukan oleh oknum suporter.
“Setelah ada klarifikasi, harapannya para suporter dari klub PSIM, Persiba maupun PSS bisa duduk bersama meredakan ketegangan. Apalagi kompetisi sudah akan dimulai,” terangnya.
Dia mengakui, upaya-upaya koordinasi antarpengurus, baik Brajamusti maupun Maident, sudah sering dilakukan. Hanya saja terkadang ulah dari oknum inilah yang sering sulit diprediksi.
“Aksi-aksi provokasi kadang sangat mudah menyulut kerusuhan,” terangnya.
Menjelang kompetisi dimulai, Lilik berharap ada wadah bagi suporter untuk melakukan koordinasi. Sehingga nantinya kerusuhan antarsuporter bisa diminimalisasi.Dia berharap suporter untuk tidak saling serang dan tawuran. Di saat sepak bola Indonesia mulai menuju ke arah profesional, seharusnya riak-riak yang mencoreng wajah sepak bola nasional harus sudah dihilangkan.
“Tawuran yang bisa menimbulkan perpecahan hanya akan merugikan tim. Karena ada konsekuensi dari perbuatan tersebut,” ujarnya. (pra/bhn/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gas 3 Kg Langka, Warga Ngomel-ngomel
Redaktur : Tim Redaksi