jpnn.com, JAKARTA - Jubun, seorang detektif swasta di Indonesia, membagikan kisah perjalanan kariernya dalam buku berjudul "The Life of Private Investigator: Sepak Terjang Detektif Jubun". Selama 17 tahun, dia menjalani profesi yang masih jarang digeluti di Tanah Air ini.
Dengan kemampuan pencarian orang dan jaringan luas, Jubun mendirikan Aman Sentosa Investigation Agency (ASIA). Agensi ini menangani berbagai kasus, mulai dari perselingkuhan hingga penipuan.
BACA JUGA: Detektif Jubun Bicara soal Body Shaming dan Dampaknya
"Seorang detektif swasta harus memiliki rekam jejak yang jelas, dan ini tentunya berisiko bagi calon klien yang harus mempercayakan privasi dan informasi sensitif kepada sang detektif," ujar Jubun, dalam keterangannya, Jumat (20/3).
Buku tersebut ditulis oleh M. Fadli, seorang penulis fiksi kriminal dan redaktur di media nasional. Fadli bertemu dengan Jubun dalam acara penggemar cerita detektif dan kriminal, yang kemudian melahirkan ide untuk menulis biografi ini.
BACA JUGA: Detektif Jubun Merilis Buku Seni Membaca Rahasia Manusia, Ini Isinya
"Saya biasanya menulis cerita detektif dalam bentuk novel dan cerpen secara fiktif. Kali ini, saya membuat buku biografi seorang detektif sungguhan di dunia nyata. Tentu saja, saya sangat senang dengan hal tersebut," ungkap Fadli.
Selain mengisahkan perjalanan karier Jubun, buku ini juga mengulas sejarah profesi detektif swasta di dunia serta landasan hukum aktivitasnya di Indonesia. Tantangan dan batasan yang dihadapi detektif swasta turut dibahas, memberikan wawasan baru bagi pembaca.
BACA JUGA: Detektif Jubun Berbagi Tip dan Cara Aman Mencari Orang Hilang
Empat kasus yang pernah ditangani Jubun diceritakan dalam buku ini dengan menyamarkan identitas klien dan targetnya.
"Fadli juga menambahkan dramatisasi dalam ceritanya agar lebih menarik untuk dibaca seperti cerita detektif pada umumnya," ujar Jubun.
Buku ini juga berisi tips dan pelajaran hidup yang Jubun dapatkan selama menjadi detektif swasta.
"Menjadi detektif swasta bukan hanya tentang mengumpulkan bukti atau mengikuti jejak yang hilang. Ini tentang membaca bahasa tubuh yang tak terucap, mendengar kebohongan di balik kata-kata manis, dan mengurai kebenaran dari kepingan fakta yang tersebar," imbuhnya.
Melalui bukunya, Jubun berharap agar lebih banyak orang memahami profesinya yang penuh tantangan ini.
"Kadang kebenaran membawa kelegaaan, tetapi seringkali membawa kesedihan yang lebih dalam. Saya hanya bisa berharap apa yang saya temukan membantu mereka menemukan jalan keluar dari kegelapan," tuturnya. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh