Dewi Tenty Luncurkan Buku ke-5, Urai Benang Kusut Perkoperasian

Jumat, 28 Juli 2023 – 13:01 WIB
Pengamat perkoperasian dan notaris Dewi Tenty Septi Artiany menerbitkan buku terbarunya berjudul 'Gelombang Pasang Koperasi Simpan Pinjam Indonesia'. Foto dok. Kelompencapir

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat perkoperasian dan notaris Dewi Tenty Septi Artiany menerbitkan buku terbarunya berjudul 'Gelombang Pasang Koperasi Simpan Pinjam Indonesia'. 

Buku ini merupakan hasil refleksi Dewi atas kondisi perkoperasian di Indonesia saat ini yang menimbulkan ambiguitas dan kebingungan tentang arah koperasi ke depannya.

BACA JUGA: Selamat, Syarief Hasan Terima penghargaan dari Koperasi Indonesia

Sebagai seseorang yang sudah berkecimpung di dunia perkoperasian selama kurang lebih 19 tahun, ketajaman analisis Dewi dalam membaca situasi perkoperasian memang sulit diragukan.

Dalam buku ini, Dewi berhasil merangkum secara komprehensif mengenai situasi perkoperasian di Indonesia dalam enam bab.

BACA JUGA: Idris Laena Raih Gelar Doktor, Berharap Koperasi Berdampak Bagi Kemajuan Nasional

Mulai dari penguraian sejarah perkoperasian dunia, perkoperasian di Indonesia, situasi Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia, masalah yang membelit koperasi di masa pandemi, hingga diakhiri dengan rekomendasi Dewi untuk mengembalikan jargon ‘soko guru perekonomian nasional’ bagi koperasi yang kini sudah berjalan selama tujuh dekade.

Buku ke-5 yang ditulis Dewi ini setebal 268 dengan tema pasang surut regulasi koperasi yang berimbas pada eksistensi koperasi di Indonesia. Lebih spesifik, lulusan Doktoral Universitas Padjajaran ini membedah karut-marutnya situasi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Indonesia.

BACA JUGA: Resmi Diluncurkan, Koperasi Digital Propertree Ingin Jadi Penggerak Ekonomi Rakyat

Tak dapat dipungkiri, saat ini, berbagai koperasi yang memakai label ‘simpan pinjam’ kerap kali bermasalah, seperti kredit macet, gagal bayar, investasi bodong, hingga berujung pada kepailitan. 

Oleh karena itulah Dewi mengatakan bukunya diberi judul 'Gelombang Pasang Koperasi Simpan Pinjam Indonesia' yang memiliki makna ‘merusak’ oleh terpaan gelombang pasang KSP. Dewi mengibaratkan gelombang pasang tersebut seperti ombak pasang di pantai.

“Kalau lagi di pantai berada dalam suatu gelombang pasang, yang ada malah masuk angin. Sementara, setelah gelombang pasang akan ada surut. Pada saat surut kita tenang, duduk, melihat pantai,” kata Dewi saat peluncuran bukunya besutan Kelompok Notaris Pendengar, Pembaca, dan Pemikir (Kelompencapir) di Jakarta, Kamis (27/7).

Menurut Dewi, koperasi merupakan aset bagi masyarakat Indonesia yang harus dikelola dengan baik. Sebab, Indonesia merupakan negara yang memiliki koperasi terbanyak dengan total 127 ribu unit koperasi.

Dewi berharap dengan kehadiran para pemangku kebijakan di acara peluncuran bukunya itu dapat memperbaiki masa depan koperasi di Indonesia.

Lebih lanjut, Dewi menilai KSP-KSP yang bermasalah itu bukan pada koperasinya, tetapi pengusaha koperasi yang menggunakan koperasi sebagai cangkang. 

Dia berharap dengan terpaan gelombang pasang KSP bermasalah saat ini, para perumus kebijakan dapat melihat situasi yang semestinya dibutuhkan oleh para pegiat koperasi. Sehingga, pada akhirnya, hal ini juga berdampak positif bagi masyarakat Indonesia. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler