Dewinta Sarankan Menkes Mundur demi Selamatkan Penanganan COVID-19

Kamis, 12 Agustus 2021 – 21:57 WIB
Rr Dewinta Pringgodani. Foto: Ist for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Rencana Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa Indonesia akan memiliki roadmap atau peta jalan hidup bersama Covid-19 merupakan tindakan mengada-ada.

"Menkes blunder bikin roadmap hidup berdampingan dengan Covid-19. Sekarang ini bukan waktu yang tepat," kata Pengamat Politik, Hukum dan Keamanan Dewinta Pringgodani dalam keterangannya, Kamis (12/8).

BACA JUGA: PPKM Diperpanjang Sampai 9 Agustus, Menkes Sebut Gelombang COVID Indonesia Sudah Capai Puncak

Dewinta menekankan roadmap hidup berdampingan dengan Covid-19 justru akan memperbesar jumlah kematian warga akibat terpapar virus yang ditemukan pertama kali di Wuhan, Tiongkok tersebut.

"Kalau roadmap diterapkan bisa-bisa angka kematian terus melambung," kata Dewinta.

BACA JUGA: Menkes Ingatkan NIK Tak Jadi Kendala Vaksinasi

Dewinta mengingatkan bahwa terkait penanganan Covid-19 Indonesia tidak bisa disamakan dengan dengan Singapura atau negara-negara maju lainnya.

Satgas Penanganan Covid-19 mencatat rasio kematian akibat Covid-19 di Indonesia pada 8 Agustus 2021 lalu mencapai 2,92%, atau sebanyak 107.096 orang. Rasio tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata dunia yang berada di 2,11%.

BACA JUGA: Pak Menkes Tolong, Daerah Zona Merah Kekurangan Stok Vaksin

Satgas Penanganan Covid-19 juga mengungkapkan, meski jumlah kasus Corona terus berkurang, namun angka kematian pasien tetap tinggi. Setiap hari rata-rata ada lebih dari 1.000 pasien yang meninggal dunia.

Karena itulah, Dewinta mengaku sepakat dengan Wakil Ketua Umum (Waketum) PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto yang meminta Budi Gunadi Sadikin untuk mundur dari jabatannya sebagai Menkes.

"Sudah terbukti gagal, Menkes Budi memang selayaknya mundur. Jika tidak, penanganan Covid-19 berantakan," demikian Dewinta.

Sebelumnya, Slamet Budiarto memaparkan empat kegagalan Budi Gunadi Sadikin ketika menangani pandemi Covid-19.

Pertama, tidak bisa mencapai target herd immunity atau kekebalan komunitas melalui vaksinasi. Target pemerintah, 77 persen dari total 270 juta penduduk di Indonesia sudah divaksinasi Covid-19 dalam setahun.

Sementara itu, hampir tujuh bulan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia terhitung sejak 13 Januari 2021, realisasinya baru menyentuh angka 11,95 persen atau setara 24.888.506 dari target 208.265.720 orang.

Kegagalan kedua, Budi Gunadi Sadikin tidak bisa menekan laju kematian akibat Covid-19.

Data Kementerian Kesehatan 9 Agustus 2021, 108.571 orang di Indonesia meninggal karena virus SARS-CoV-2 itu. Bertambah 1.475 orang dari data sehari sebelumnya tercatat masih 107.096 kasus kematian Covid-19.

Kegagalan ketiga, Budi tidak mampu menyediakan obat, oksigen, fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia (SDM).

Terakhir, Budi tidak memiliki keahlian dan pemahaman soal kesehatan. Sebab, dia merupakan lulusan Bidang Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan riwayat pekerjaan sebagai profesional korporasi, bukan ahli kesehatan. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler