jpnn.com - LETAKNYA persis di atas Bukit Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara yang seluruh daerahnya rata-rata berada di ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut.
Menghampar di areal hutan pinus seluas 130.000 m2, membuat siapapun yang ingin menjelajahi keseluruhan areal Taman Wisata Iman, pasti akan kelelahan.
----------
Laporan Ken Girsang
----------
Namun sejuknya udara yang sehari-hari berada pada temperatur 17-24 derajat celcius, ditambah panorama alam yang indah, membuat rasa letih terbayarkan. Apalagi bagi mereka yang khusus datang ingin mendekatkan diri pada Yang Kuasa, kelelahan seakan tak pernah menghampiri.
BACA JUGA: Bioskop Bisik, Para Tunanetra Itu Bisa Tertawa Ngakak
Karena di seluruh areal taman, simbol-simbol keagamaan bagi umat Islam, Protestan, Katolik, Hindu dan Budha, tertata rapi, mengingatkan makna perjalanan suci yang terdapat pada Kitab Suci masing-masing.
Bahkan aura keimanan, sudah sangat terasa begitu pengunjung menjejakkan kaki memasuki gerbang depan yang terletak di bawah bukit. Simbol salib, kubah Masjid bertuliskan “Allah”, stupa dan beberapa simbol keagamaan lainnya, tertata di bagian atas gapura.
BACA JUGA: Gagal Bertemu Komodo, Puas Melihat Monyet
Berjalan semakin naik ke atas, setelah tentunya membayar retribusi Rp 5.000 untuk setiap pengunjung dewasa, Rp 3.000 untuk anak-anak, Rp 2.000 kendaraan roda dua dan Rp 5.000 untuk kendaraan roda empat, aura keimanan semakin menyeruak.
Masing-masing pengunjung dapat memilih memulai perjalanan di areal taman yang dibagi menurut agama di Indonesia.
BACA JUGA: Keindahan Tak Berujung Sisi Utara Pulau Seram
Seperti untuk taman iman sesuai ajaran Kristen dan Katolik, pengunjung dapat langsung memilih masuk ke areal yang terletak di bagian paling kanan areal parkir. Baru berjalan beberapa langkah, pengunjung akan langsung disambut patung besar berukuran lebih dari dua meter, berbahan logam berwarna kuning keemasan.
Patung dibentuk menggambarkan saat-saat Nabi Abraham mengangkat belati, hendak mengorbankan anaknya Ishak, ketika Tuhan mencobainya untuk melihat seberapa besar kesetiaan Abraham mengikuti perintah Tuhan.
“Kalau melihat patung ini, kita langsung teringat akan kisah di Alkitab. Jadi seperti mengingatkan kita untuk tetap taat pada Tuhan, seperti yang diperlihatkan Abraham. Bahkan sampai-sampai anak yang begitu ia kasihi hendak dikorbankan karena diminta Tuhan. Tapi itu hanya untuk mencobai Abraham, karena kemudian kita tahu begitu melihat kesungguhan hati Abraham, Tuhan memintanya mengganti dengan seekor domba,” ujar Nurlina boru Simanungkalit kepada JPNN, saat dimintai komentarnya awal Januari lalu.
Nurlina yang merupakan warga Medan, mengaku tidak keberatan harus berkendara sejauh lima jam perjalanan demi menghayati kisah-kisah dalam Alkitab secara langsung, tanpa harus berkunjung ke Israel atau Palestina, tempat di mana peristiwa bersejarah dalam agama-agama samawi banyak terjadi.
Makanya begitu tiba, ia langsung mendaki mendekati patung Abraham, untuk kemudian mengabadikannya. Padahal kunjungannya bersama 14 anggota keluarga kali itu, bukan yang pertama.
Berjalan menelusuri lebih jauh naik menuju puncak bukit, samar-samar menara gereja terlihat menyembul di balik pepohonan, di seberang bukit. Membuat setiap pengunjung yang datang, tak ingin melewatkan kesempatan melihat langsung keindahan tatanan ornamen gereja ala abad pertengahan, sembari tentunya memanjatkan doa dan puji-pujian kepada Sang Pencipta.
Namun karena jaraknya cukup jauh, apalagi harus menuruni bukit untuk kembali mendaki agar sampai di bangunan gereja tersebut, para pengunjung dapat beristirahat sejenak di bibir bukit.
Sembari menikmati hidangan yang telah dipersiapkan tentunya, atau paling tidak melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan mengikuti kisah perjalanan Yesus disalibkan.
Baik itu mulai dari proses persidangan sebelum Dia dituduh bersalah, dicambuk, memikul salib, semua tergambar dari patung-patung yang ditata berdasarkan 14 kisah, hingga akhirnya disalib di bukit Golgota.
Tapi sebelum sampai di puncak ‘Bukit Golgota’, yang menjadi titik akhir perjalanan wisata taman iman bagi agama Kristen, hampir semua pengunjung menyempatkan mampir ke Gua Maria.
Padahal untuk sampai ke areal gua yang dipahat dari batu dengan hiasan patung Bunda Maria setinggi tiga meter di depan gua, pengunjung harus menuruni bukit, dengan terlebih dahulu menyeberangi sungai, sembari menikmati panorama air terjun di sebelah kanan-kiri jalan.
Saking banyaknya pengunjung, antrian panjang terlihat hadir untuk berfoto di depan gua, di bawah patung Bunda Maria. Untungnya pengelola telah memerhitungkannya, karena itu demi mengurangi rasa jenuh menunggu antrian, pengunjung dapat terlebih dahulu berjalan-jalan di sekitar areal gua.
Selain bagi umat Nasrani, di taman yang mulai dibangun tahun 2002 ini, juga terdapat sejumlah simbol-simbol keagamaan lain. Seperti untuk agama Islam, terdapat Masjid yang dilengkapi menara dan miniatur Ka’bah, lapangan yang cukup luas dan penginapan. Sehingga memungkinkan bagi pengunjung dapat melakukan latihan Manasik Haji. Selain itu juga terdapat gedung yang menjadi tempat Al Quran berukuran 2 meter x 4 meter.
Di taman ini juga terdapat patung Budha yang dipahat dari batu berukuran lebih kurang lima meter. Kemudian Vihara, Kuil dan Pura. Selain itu juga terdapat Monumen Liberty Manik dan Monumen Pahlawan Nasional T.B. Simatupang.
Semuanya hadir menjadi satu kesatuan, menggambarkan Indonesia yang meski penduduknya berbeda-berbeda keyakinan, namun tetap saling bergandengan tangan.
Inilah cerminan kegotongroyongan dan persatuan membangun bangsa, tanpa merusak ekologi keindahan panorama alam. Termasuk menjaga keasrian Dairi yang terletak lebih kurang 200 meter di atas permukaan Danau Toba, tetap menjadi penyangga ekosistem kawasan Danau Toba di bagian sebelah barat.***
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendaftar Kepolisian Hanya Bermodal Ijazah SMK dan Pengalaman Ikut Pramuka
Redaktur : Tim Redaksi