Di Balik Kontroversi Eksekusi Menhan Korut dengan Senjata Antipesawat

Minggu, 17 Mei 2015 – 13:10 WIB

jpnn.com - PEKAN ini Korea Selatan (Korsel) mengabarkan bahwa Hyon Yong-chol menjadi target eksekusi terbaru Jong-un. Pria 66 tahun yang menjabat menteri pertahanan itu, kabarnya, dihabisi dengan senjata antipesawat terbang atau senapan mesin yang bisa menembak jatuh pesawat dari darat. Benar tidaknya laporan tersebut masih menjadi kontroversi.

---

BACA JUGA: Polisi Brunei Pusing Urusi Kasus WNI Ini

Banyak pengamat yang mempertanyakan keakuratan serta motif Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan (Korsel) menyebarkan informasi eksekusi yang dilakukan di depan ratusan pejabat partai dan kolega Jong-un itu. Mereka berpendapat, susah dinalar mengapa Hyon dieksekusi seperti itu. Sebab, selama ini Hyon termasuk pejabat penting. Bahkan, sebulan lalu dia menjadi salah satu pembicara dalam simposium internasional di Moskow, Rusia. 

Bukti lain yang menguatkan analisis para pengamat Korut itu, Hyon masih tampil bersama pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un dalam film propaganda terbaru yang diputar minggu ini. Lazimnya, orang yang disingkirkan dari pemerintahan tidak akan tampil dalam rekaman resmi. Nama maupun gambar mereka bakal langsung disingkirkan. 

BACA JUGA: Orang Ini Dijuluki Paus Fransiskus Sebagai Malaikat Perdamaian

Pengamat Korut dari Sejong Institute, Korsel, Cheong Seong-chang mengungkapkan bahwa media Korut Rodong Sinmun masih memuat nama Jenderal Hyon pada edisi 29 April. Padahal, NIS mengatakan bahwa Hyon dieksekusi pada 30 April. "Artinya, dia ditangkap 30 April dan dieksekusi pada hari yang sama. Ini sulit untuk dipercayai, kecuali dia mencoba untuk melakukan sesuatu seperti membunuh Kim Jong-un," tegas Cheong. 

Meski banyak pertanyaan masuk yang meragukan informasi mereka, NIS tetap bersikukuh bahwa eksekusi tersebut benar. Karena itulah, NIS mau membagikan informasi itu dengan parlemen Korsel. Namun, mereka tidak bisa mengungkapkan sumber yang memberikan informasi tersebut. 

BACA JUGA: Ini yang Bikin Kim Jong-un Dianggap Lebih Brutal dari Ayah dan Kakeknya

Jika benar-benar dieksekusi, Hyon menjadi pejabat paling penting yang disingkirkan oleh Jong-un, selain Jang. 

"(Eksekusi) ini bisa berarti bahwa solidaritas kepada rezim Pyongyang telah retak atau ini merupakan bukti lain bahwa Kim Jong-un sedang memperkukuh kekuatannya," ujar Koh Yu-hwan, pengamat khusus Korut di Universitas Dongguk, Seoul. Cara Jong-un adalah menyingkirkan orang-orang yang tidak setuju dengannya. 

Selama ini, menyingkirkan para pejabat yang tidak disukai demi menggalang kekuatan sudah menjadi permainan politik yang biasa dilakukan di Korut. Kakek Kim Jong-un sekaligus pendiri Korut Kim Il-sung juga menyingkirkan rival-rival politiknya dalam rangka konsolidasi kekuatan pascaperang Korea pada 1953. 

Jong-il, ayah Jong-un, tidak terlalu ekstrem dalam melakukan eksekusi terhadap lawan politik. Dia lebih memilih untuk menggabungkan golongan tua dan golongan muda dalam jajaran elite politik negaranya. 

Orang-orang yang dulu loyal terhadap ayahnya bahkan mendapat posisi jabatan yang tinggi. Jong-il merasa aman karena sudah menggalang kekuatan selama 20 tahun sebelum akhirnya berkuasa.

Hal itu berbeda dengan Jong-un. Dia berkuasa saat usianya masih muda dan tidak memiliki waktu untuk menggalang kekuatan. Saat Jong-il terkena stroke pada 2008, Jong-un masih berusia 20-an tahun dan harus menggantikan posisi ayahnya. 

Ketika Jong-il meninggal pada 2011 dan berkuasa penuh, Jong-un mulai melakukan pem­bersihan. Setidaknya 72 pimpinan senior di militer dan pejabat partai dieksekusi. 

"Kim Jong-un mungkin merasa perlu untuk memadamkan ketidakpuasan dan skeptisisme yang meningkat dalam elite militer tentang pemerintahannya dengan membuat contoh dari salah seorang menteri mereka, yaitu Jenderal Hyon," ujar pengamat Korut dari University of North Korean Studies di Seoul, Korsel, Kim Dong-yup. (New York Times/sha/c11/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fantastis... Patung Berusia 2.800 Tahun Ini Terjual Seharga Rp 20,5 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler