jpnn.com - DENGAN wajah terlihat menahan geram, Brigjen Ike Edwin langsung mengambil telepon seluler (ponsel)-nya. Kapolda Lampung itu lalu mengontak sebuah nomor.
YAYU SUHAESTI, Bandar Lampung
BACA JUGA: Kisah Polisi Hebat, Menyekolahkan Kembali Ratusan Anak
”Halo Pak Dono, selamat bertugas ya. Ini ada warganya lapor ke saya, mobilnya digelapkan,” katanya seperti dilansir Radar Lampung (Jawa Pos Group).
Rupanya, yang dikontak adalah Kapolres Lampung Tengah AKBP Dono Sembodo. Beberapa menit sebelumnya, di hadapan Ike, Ahmad, warga Lampung Tengah, melaporkan ada kerabat salah seorang anggota kepolisian yang menggelapkan mobil miliknya.
BACA JUGA: Kantong Plastik Berbayar, Uang Rp 200 Milik Siapa?
”Saya minta besok tolong pertemukan dua pihak ini. Kembalikan mobilnya dan jamin keselamatannya. Oh ya, jika si peminjam tidak mau kooperatif, tetapkan saja sebagai tersangka,” lanjut Ike lewat ponsel.
Begitulah salah satu cara Ike Edwin merespons laporan warga yang disampaikan langsung kepadanya. Lewat posko pelayanan yang dibuka di salah satu pusat perbelanjaan di Bandar Lampung kemarin, warga bisa mengeluhkan apa saja soal kinerja polisi di seluruh wilayah Lampung.
BACA JUGA: Keren! Warga Bayar Rekening Listrik, PBB, PDAM, dari Hasil Sampah
Cara Ike mendekati warga tergolong langka untuk ukuran seorang Kapolda. Sebelum di pusat perbelanjaan, dia juga menyerap keluh kesah warga dengan membuka posko di Lapangan Saburai, Bandar Lampung.
Keluhan warga pun macam-macam. Direspons saat itu juga. Ada, misalnya, yang curhat karena masalah penilangan. Muhamad Sisil, warga Rajabasa, memprotes kinerja satuan lalu lintas (satlantas) yang menilangnya karena alasan tidak memakai sabuk pengaman.
”Demi Allah saya tidak melanggar. Mati anak-istri saya kalau bohong. Sumpah pocong kalau perlu,” katanya setengah berteriak.
Mendengar hal itu, Kapolda lantas memanggil anggota satlantas terkait untuk memberikan keterangan, yakni Bripka Haidir. ”Mohon izin, Jenderal, bapak ini sudah melakukan pelanggaran. Selain itu, bapak ini mengatakan hal yang tidak pantas. Jadi, kami keluarkan surat tilang,” jelasnya.
Tidak terima, Sisil pun membalas. ”Saya bilang apa memang? Saya cuma bilang beruk kok. Itu juga pelan-pelan,” dalihnya. Sejumlah orang di dalam posko pelayanan tampak menahan senyum.
Melihat perdebatan tersebut, Kapolda pun berusaha menengahi. Dia berkali-kali menjelaskan tidak dapat membela siapa pun. Sebab, dirinya tidak berada di lokasi kejadian.
”Kecuali jika ada CCTV, mungkin saya bisa memutuskan. Namun, beberapa keterangan saksi menyatakan, Bapak tetap melanggar dan berkata tidak sopan. Pihak kepolisian pun tidak sepenuhnya selalu benar. Makanya, kami terus memohon kritik dan sarannya,” terang Kapolda.
Selain keluhan, Kapolda kedatangan tamu di posko tersebut: empat pembina dan penggalang Pramuka dari sekolah luar biasa (SLB) di Makassar. Keempatnya penderita tunarungu.
Saat ini mereka menjalankan misi untuk keliling Indonesia. Mereka membawa nama Pramuka dan membuktikan bahwa kaum difabel seperti mereka juga dapat menunaikan tugas berat itu.
”Kami jalan kaki dari Jakarta selama satu bulan. Ini baru dua hari di Lampung. Nanti setelah ini kami akan menuju Aceh,” jelasnya dengan bahasa terbata-bata, tapi tetap dimengerti.
Sebagai bentuk apresiasi, Kapolda pun meminta semua yang berada di ruangan untuk berfoto bersama. Tidak sedikit masyarakat dan aparat yang menyalami, kemudian mengajak mereka makan siang bareng.
Total, lewat posko pelayanan kemarin, Kapolda menerima 24 laporan dari masyarakat. Ike mengatakan, itu merupakan salah satu upaya untuk dapat langsung bersentuhan dengan masyarakat.
”Ini saya contohkan cara kerja seperti ini. Ke depannya, saya berharap setiap Kapolres dapat melakukan hal serupa,” tuturnya. (*/JPG/c9/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terpidana Teroris Bisikkan Kalimat Begini ke Kalapas, Keringat Dingin Langsung Mengucur
Redaktur : Tim Redaksi