Di Depan Wali Kota Cantik, Ridwan Kamil Cerita, Saat Itu Air Matanya Tumpah

Minggu, 27 Desember 2015 – 06:54 WIB
KUNJUNGI PAMERAN FOTO: Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa"aduddin Djamal bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil melihat foto gempa dan tsunami di meseum tsunami, Banda Aceh, Sabtu (26/12). Foto: Hendri/Eno Sunarno/RAKYAT ACEH/JPG

jpnn.com - BANDA ACEH - Wali Kota Bandung, Jawa Barat, Ridwan Kamil menjadi salah satu pembicara bertema Pembangunan Berkelanjutan, sebagai rangkaian peringatan 11 tahun tsunami Aceh, kemarin.

Seminar yang digelar Pemerintah Kota Banda Aceh itu berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah.

BACA JUGA: PENGUMUMAN! Pendaftaran Dibuka 4 Januari 2016

Ridwan Kamil merupakan arsitek pembangunan Museum Tsunami Aceh yang terletak di pusat Kota Banda Aceh, berseberangan dengan Lapangan Blang Padang. Dia ternyata memiliki kenangan tersendiri dalam merancang bangunan tersebut. Kang Emil, panggilan akrabnya, mengakuinya tidak mudah.

"Ini adalah bangunan paling sulit saya rancang dalam karir saya," ujar walikota Bandung yang akrab disapa Kang Emil tersebut.

BACA JUGA: Dibanding 2014, Perkara Korupsi di Provinsi Ini Meningkat

Dikatakannya, hal membuat bangunan museum tsunami tersebut rumit adalah karena Ridwan Kamil harus membuat bangunan yang bisa menjadi kenangan dan masa depan. Supaya juga menjadi semangat bagi masyarakat Aceh yang ditimpa musibah kala itu.

Diakuinya juga, setiap bangunan memang memiliki filosofi khusus. Bencana Tsunami menelan ratusan ribu jiwa. Bangunan akan dibangun juga erat kaitannya dengan kebudayaan masyarakat setempat.

BACA JUGA: Doa, Air Mata, dan Histeris di Kuburan Massal

"Aceh adalah rumah kedua saya, banyak tetesan air mata yang tumpah saat saya mendesign museum ini," lanjutnya haru.

Kini, museum seluas seluas 2.500  meter persegi yang terletak di jalan Iskandar Muda ini, seakan menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh masyarakat Aceh, maupun manca negara yang datang berkunjung ke Ibu Kota Provinsi Aceh ini.

Wali Kota Bandung ini juga mengatakan dalam penyampaiannya, bahwa perlu keseimbangan untuk pembangunan berkelanjutan. "Tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah kota saat ini, tidak selalu pada berapa pendapatan masyarakatnya. Tapi juga seberapa bahagia masyarakat yang tinggal di Kota tersebut."

Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal di panggung yang sama juga menyampaikan cita-cita dari kota Banda Aceh untuk menjadi kota Madani dan World Islamic Tourism.

Museum Tsunami Aceh disampaikan Illiza, saat ini dan akan terus menjadi standar pembangunan di kota Banda Aceh. "Setiap bangunan yang akan dibuat, harus lebih baik dari museum Tsunami, dan museum ini menjadi standar."

Selain Ridwan Kamil dan Illiza Saaduddin Djamal, hadir juga pemateri dalam Seminar Nasional tersebut, , yakni Wali Kota Bogor Bima Arya dan Rektor Unsyiah, Prof. Samsul Rizal. Mereka ikut mengenakan kupiah meuketop yang diberikan oleh Illiza sebelum dimulainya penyampaian materi. Seminar dipandu oleh Yarmen Dinamika. (Rif/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 100 Orang Berselfie, Jembatan Gantung Putus, salah siapa?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler