Di Hadapan Aparatur Desa, Sesditjen Bina Pemdes Beberkan Kiat Vietnam Atasi Stunting

Kamis, 16 November 2023 – 21:08 WIB
Sekretaris Ditjen Bina Pemdes Kemendagri Paudah di hadapan peserta pelatihan P3PD di Kendari, Sulawesi Utara, Selasa (14/11). Foto: Humas Ditjen Bina Pemdes

jpnn.com - JAKARTA - Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki angka stunting pada anak sebanyak 9 juta jiwa.

Angka ini dianggap sangat mengkhawatirkan karena akan mengganggu cita-cita pembangunan menuju Indonesia Emas pada 2045.

BACA JUGA: Sesditjen Bina Pemdes: Tolong ya, Penanganan Stunting Jangan Hanya Jargon

Oleh karena itu, Sekretaris Ditjen Bina Pemdes Kemendagri Paudah dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya penanganan stunting kepada kader PKK dan Posyandu.

Sosialisasi terkini tentang stunting dilakukan Paudah di hadapan para peserta pelatihan Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) di Kendari, Sulawesi Utara, Selasa (14/11).

BACA JUGA: P3PD di Papua Selatan, Ditjen Bina Pemdes Ajak Semua Berkontribusi Majukan Desa

"Apa yang akan terjadi? Kita tidak bisa bersaing secara ekonomi, penyakit menahun ada di mana-mana. Kalau kurang gizi kita tambahin jadi gemuk juga tidak bagus karena jadinya obesitas, sehingga banyak penyakit muncul," kata Paudah.

Selain mengingatkan, Paudah juga membeberkan kiat negara tentangga, Vietnam dalam mengatasi stunting.

BACA JUGA: Ditjen Bina Pemdes Ingatkan Pentingnya Kolaborasi untuk Wujudkan Desa Mandiri

Paudah mengatakan dirinya sempat dikirim mewakili RI untuk pergi ke Vietnam pada 2018.

Vietnam dipandang berhasil mengatasi stunting dari prevelansi 20 persen menjadi 0 persen.

Keberhasilan tersebut dicapai dalam waktu 15 tahun. Padahal, Vietnam adalah negeri kecil dan pernah porak-poranda karena perang melawan Amerika Serikat.

"Vietnam itu dulu belajar mengatasi stunting dari Indonesia, ketika zaman Soeharto. Sekarang malah mereka berhasil," tuturnya.

Lantas apa yang menyebabkan Vietnam berhasil? Menurut Paudah, begitu perempuan tahu bahwa dirinya hamil, maka ia atau keluarganya langsung lapor ke puskesmas.

"Namun, puskesmas di sana tidak sama dengan di sini yang mengobati. Nanti kader puskesmas yang akan turun ngontrol terus," katanya.

Selanjutnya, ketika sudah lahir dan bayi berumur 28 hari, ada kader yang datang ke rumah untuk mengukur lingkar kepala, tinggi badan, berat badan

Pada saat usia 6 bulan, ketika bayi butuh makanan tambahan, kader-kader akan bergantian mengontrol dan memberikan makanan tambahan secara bergantian.

Hal itu dilakukan hingga usia 2 tahun. "Darimana bahan pangannya? Desa itu dikasih lahan seluas dua hektare. Di sana dibangun peternakan, perikanan, dan pertanian, dari sanalah gizi disediakan," papar Paudah. (sam/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler