jpnn.com - SURABAYA – Zaman makin modern, ilmu dan peralatan medis pun kian berkembang dan canggih. Sayangnya, kematian ibu melahirkan masih terus terjadi dan belum bisa ditekan secara maksimal.
Kondisi seperti ini juga jadi perhatian tersendiri bagi kalangan medis. Berdasarkan data Dinkes Jatim, angka kematian ibu (AKI) di Jatim berada di bawah target millenium development goals (MDGs) 2015, sebesar 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
BACA JUGA: 12 Minggu Setelah Melahirkan, Bercinta Ternyata Makin Hot
Sedangkan, secara nasional, jumlahnya mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.
dr Pudjo Hartono SpOG, dokter spesial obstetri dan ginekologi Surabaya, menungkapkan, meskipun kian menurun, kematian ibu saat melahirkan masih ditemukan. Sebagai tenaga medis, dirinya berharap angka kematian ibu saat melahirkan kian kecil.
BACA JUGA: Booming di Luar Negeri, Apple StemCell Plus Kini Rambah Indonesia
Apalagi, dengan adanya program pemerintah, penyuluhan, layanan kesehatan di desa-desa dan bidan yang kian menyebar, harusnya kematian ibu bisa makin ditekan.
”Faktor penyebab kematian ibu saat melahirkan terbilang banyak. Mulai masalah sosial, budaya, edukasi yang kurang, hingga persoalan ekonomi. Namun, penyebab paling banyak ke matian ibu melahirkan adalah preeklampsia (tekanan darah tinggi saat melahirkan),” kata Pudjo seperti yang dilansir Radar Surabaya (Grup JPNN.com), Senin (9/3).
BACA JUGA: Inilah Cara Merawat Kulit saat Musim Dingin
Masalah ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Asia. Preeklampsia merupakan penyebab terbesar kematian ibu. Bahkan, secara internasional, angka kematian ibu mencapai 200 per mil-nya. Terkait preeklampsia sebagai penyebab terbesar, seharusnya bisa dikontrol.
Selain makin menyebarnya tenaga medis dan pusat layanan kesehatan, adanya klinik khusus preeklampsia di Indonesia juga bisa menjadi solusi.
”Ini berkaitan juga dengan kesadaran masyarakat. Khusunya ibu hamil untuk secara rutin memeriksakan kesehatan dan janinnya. Apalagi, dengan adanya BPJS Kesehatan, seharusnya makin memudahkan mereka untuk mendapatkan akses layanan kesehatan dan dapat mengurangi angka kematian ibu,” papar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya ini.
Di daerah, khususnya daerah terpencil, hal itu masih menjadi kendala utama. Kondisi ekonomi masyarakat lemah kurang, sehingga pemeriksaan kehamilan bukan menjadi priorotas mereka.
Selain itu, akses terhadap layanan kesehatan yang sulit untuk dijangkau dan tenaga medis yang minim juga harusnya menjadi perhatian untuk dapat mengurangi angka kematian ibu ini. (nur/iku/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Manfaat Sehat Minuman Probiotik
Redaktur : Tim Redaksi