Ngaji Panas Bumi, Profesor Adi Sebut Peluang Ansor Jatim Tunjukkan Peran

Senin, 06 September 2021 – 05:50 WIB
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur menggelar diskusi virtual bertajuk 'Ngaji Panas Bumi', Jumat (3/9). Foto: GP Ansor Jatim

jpnn.com, SURABAYA - Target bauran energi baru terbarukan pada 2025 sebesar 23 persen menjadi semacam 'garis finish' yang dikejar.

Berdasarkan data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dipatok 45,2 gigawatt (GW) pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) terpasang.

BACA JUGA: Pengembangan Energi Panas Bumi Mutlak Diperlukan

Sumbangsih terbesar dari energi air 17,9 GW.

Kedua, energi panas bumi 7,2 GW.

BACA JUGA: RI-Turki Dorong Kerja Sama Pengembangan Energi Panas Bumi

Target EBT itu merupakan implikasi komitmen pengurangan emisi karbon Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 29 persen.

Tepatnya 22 April 2016 lalu, Indonesia meratifikasi Paris Agreement, sebagai bukti nyata kuatnya komitmen tersebut.

BACA JUGA: Pemerintah Harus Bantu Selesaikan Sengketa Panas Bumi

Dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur bertajuk 'Ngaji Panas Bumi' pada Jumat (3/9), Profesor Adi Soperijanto mengatakan, sangat mungkin 50 persen dari target 45,2 GW dipasok panas bumi.

“Potensi ada, teknologinya tersedia,“ ungkap Wakil Rektor I ITS itu.

Menurut Profesor Adi, masalah panas bumi bukan potensi, bukan pula teknologi, tapi manajemen.

Dia menjelaskan, terbuka sekali peluang Ansor menunjukkan perannya.

Tinggal masalahnya, lanjut Profesor Adi, terletak pada titik di mana Ansor bisa berperan.

“Dibutuhkan Center Of Excellence yang bertindak sebagai Master of Ceremony," tegasnya.

Dewan Ahli Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Surabaya ini menyatakan, pentingnya dibentuk 'Engineering Council', yaitu forum bersama antara pemerintah, investor, BUMN, akademisi, para ahli, serta unsur organisasi masyarakat.

“Semuanya duduk bersama, dicari jalan tengahnya, sehingga semuanya bisa hidup," sarannya.

Wakil Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Alam PW GP Ansor Jawa Timur, Ardy M Navastara memberi tanggapan mengenai 'Engineering Council'

Menurut Ardy, ide tersebut perlu disikapi secara serius.

"Perlu dikaji secara komprehensif, agar tidak berbenturan dengan forum atau lembaga yang telah ada, misalnya Dewan Energi Nasional atau Dewan Riset Daerah," ungkap Dosen ITS ini.

Dalam diskusi yang sama, Operation Manager PLTP Lahendong PT Pertamina Geothermal Energy, Manda Wijaya mengatakan, pemanfaatan panas bumi tidak hanya untuk pembangkit listrik.

Pemandian air panas, pengeringan kayu, penghangat rumah warga adalah contoh lainnya.

Sebagai orang yang telah 12 tahun bekerja di sektor panas bumi, Manda Wijaya memastikan eksplorasi panas bumi sangat kecil kemungkinannya mengganggu ketersediaan air sumur warga sekitar.

“Yang kita eksplorasi dalam sekali. Sementara sumur warga berada di area air dangkal," paparnya.

Narasumber lainnya, Moh. Mushoddaq dari tim Bidang Energi dan Sumber Daya Alam PW GP Ansor Jawa Timur mengungkapkan urgensi social engineering dalam pengembangan panas bumi.

“Ada banyak contohnya, belum eksplorasi sudah ditolak warga," ujar alumnus Pascasarjana Geologi ITB ini.

Di lain kesempatan, Ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur H.M. Syafiq Syauqi Lc mengatakan, Ngaji Panas Bumi ini digelar 4 sesi.

Di sesi pertama ini, akan disusun peta jalan energi panas bumi.

"Sikap ini adalah bentuk kontribusi intelektual kami sebagai gerakan kepemudaan sekaligus menunjukkan bahwa Jatim memiliki potensi yang sangat besar dalam hal energi alternatif masa depan," ujar Gus Syafiq. (mar1/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengembangan Sumber Panas Bumi Bantu Pemenuhan Target Emisi


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler