Di Pramuka Ada Mengaji, Mengaji, Mengaji dan Bekerja

Selasa, 09 Desember 2014 – 19:09 WIB
Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan, Pramuka Adhyaksa Dault.

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan, Pramuka Adhyaksa Dault mengatakan aspek nasionalis dan religius sangat penting dalam mengaplikasikan revolusi mental ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurutnya, dua kepribadian harus sejalan untuk dunia dan akhirat.

"Untuk mental, karena revolusi mental itu menurut saya jalan kembali ke nasionalis religius ajaran agama masing-masing, supaya mentalnya kuat, supaya orientasinya jelas  ke kehidupan bangsa dan bernegara, dan kehidupan akhirat,” kata Adhyaksa saat saat membuka acara “ESQ Character Building Tingkat I Kwarter Nasional ” di Taman Rekreasi Wiladatika, Jakarta, Senin (8/12).  

BACA JUGA: JK Pastikan Kurikulum 2013 Tidak Dihentikan

Turut dalam acara ini, Pendiri ESQ Leadership Center Ary Ginanjar Agustian. Pelatihan ESQ ini akan  digelar selama dua hari sampai hari ini, Selasa (9/12).

Mantan Menpora tersebut menjelaskan jika Presiden Jokowi memerintahkan kabinetnya untuk melakukan pengabdian, maka di Pramuka perlu ada perpaduan untuk akhlak dan usaha.

BACA JUGA: Guru: Tidak Hanya Soal Kurikulum

"Jika Presiden Jokowi meminta kabinetnya untuk bekerja, kita di gerakan Pramuka akan melakukan revolusi akhlak dengan mengaji, mengaji, mengaji dan bekerja," katanya.

Mantan Menpora ini menambahkan, Pramuka merupakan wadah yang tepat untuk melakukan revolusi mental generasi muda karena menjadi ekstrakurikuler yang wajib berdasarkan kurikulum 2013. Namun, revolusi mental ini harus dibarengi dengan revolusi sistem.

BACA JUGA: Penghentian Kurikulum 2013 seperti Buah Simalakama

“Bagi Gerakan Pramuka revolusi mental dan revolusi sistem adalah dua hal yang berjalin berkelindan, akreditasi dan pendataan ulang adalah bagian dari revolusi sistemik Pramuka,” tegasnya.

Adhyaksa menargetkan pada 2018 seluruh gugus depan (gudep) yang tersebar di seluruh Indonesia sudah terakreditasi. Pada tahun 2015 akreditasi 50 persen , tahun 2016 akreditasi 50 persen,  2017 akreditasi 70 persen. “2018 akreditasi 100 persen,” cetus dia.

Dengan adanya akreditasi akan terjadi peningkatan kualitas gudep, gudep merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka yang menjadi tempat berkumpul dan berlatih para anggota muda baik Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. “Dari sinilah pendidikan kepramukaan membentuk mental generasi muda Indonesia berawal,” ucap Adhyaksa.

Kedepannya, Adhyaksa berharap pembina gudep di sekolah akan bertanggung jawab atas gudep terakreditasi. Dalam konteks ini pembina gudep akan bekerjasama dengan sekolah dan madrasah. “Selain Gudep biasa ini juga berlaku bagi gudep Sako (Satuan Komunitas) yakni satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan yang berbasis antara lain profesi, aspirasi dan agama,” jelas dia.

Selain akreditasi gudep, Kwarnas Pramuka juga melakukan pendataan anggota secara online. Sebab selama ini belum ada data yang valid mengenai jumlah anggota Pramuka di seluruh Indonesia. Padahal dengan dimasukkannya Pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib dalam Kurikulum 2013, Pramuka menjadi wadah yang efektif dalam membentuk karakter generasi muda. (awa/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggaran BOPTN Naik, Dana Penelitian Melimpah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler