Di Tangan Aditya, Patahan Kayu jadi Kotak Cincin Keren

Selasa, 07 Agustus 2018 – 00:06 WIB
Adit juga menggunakan bahan ramah lingkungan untuk pernak-pernik karyanya. Foto: Asta Yanuar/Radar Ponorogo

jpnn.com - Aditya Dwi Pradipta gemes melihat limbah kayu terbuang sia-sia. Patahan kayu mahoni di pekarangan rumahnya yang semula berakhir di tungku perapian, disulapnya menjadi kotak cincin (ring box).

NUR WACHID, Ponorogo

BACA JUGA: Sisa Harapan Honorer K2 di Tahun Politik, Terus Berjuang!

RIMBUN pekarangan rumah Aditya Dwi Pradipta di Desa Pondok, Kecamatan Babadan, Ponorogo, Jatim. Cocok untuk menghabiskan waktu di siang hari. Sekelilingnya dipenuhi pohon mahoni. Dari pintu belakang rumah, terdengar suara pukulan kapak menggema ke setiap sudut pekarangan.

Rupanya, Adit sibuk membelah potongan kayu mahoni. Sebilah kapak di genggamannya membelah kayu berdiameter 5-10 sentimeter.

BACA JUGA: Pernah Jaya di Jaman Belanda, Wayang Timplong Terancam Punah

Urusan membelah kayu tidak boleh sembarangan. Setiap lekukan dan tekstur dicermatinya benar. Jika salah dalam menentukan potongan, dapat berpengaruh terhadap hasil produknya.

Setelah setengah jam, Adit membawa hasil potongan kayu itu ke teras belakang rumahnya yang telah disulap menjadi ruang produksi.

BACA JUGA: Angkat Isu Alien, Tiga Pelajar Indonesia Juara Dunia Debat

Di situ tergeletak berbagai peralatan. Mulai pahatan, gunting, paku kecil, hingga martil dan bunga plastik. ‘’Baru awal tahun ini saya menggeluti kerajinan ini,’’ kata Aditya Dwi Pradipta.

Di tangan Aditya Dwi Pradipta, limbah kayu disulap menjadi produk bernilai. Awalnya dia mulai berpikir ketika mendapati banyaknya kayu mahoni di pekarangan rumahnya berakhir di tungku masak. Dari situlah dia mulai mencari referensi untuk memanfaatkan limbah tersebut. Sampai dirinya menemukan ide membuat ring box dari limbah tersebut.

Meski belajar secara otodidak, tidak sulit bagi Adit membuat produk tersebut. Hanya saja untuk menghasilkan satu kotak cincin dia memerlukan waktu hingga satu minggu.

‘’Masih coba-coba dibentuk seperti ini, coba dikasih pernik dan warna yang bervariasi. Cocok atau tidak,’’ ungkap pria 27 tahun itu.

Tidak hanya kotak cincin berbahan kayu, Adit juga menggunakan bahan ramah lingkungan untuk pernak-pernik karyanya itu. Seperti batu pantai, karung goni, hingga bunga pinus. Kayu yang sudah terbentuk kotak maupun lingkaran itu dibungkus karung goni menggunakan lem tembak.

Bagian dalamnya dipasangi busa ata steoroform bekas. Barulah kotak cincin dihias menggunakan batu kali, bunga pinus. Kotak cincin siap digunakan seserahan saat pernikahan. Tidak hanya sebagai wadah cincin, dia menerima pesanan untuk tempat perhiasan lainnya.

Mulai berlian, kalung, gelang, dan sejenisnya. Untuk pemasarannya memanfaatkan media sosial. Dia juga melayani sewa kotak cincin untuk acara lamaran. Untuk satu kotak cincin dipatok harga bervariasi. Mulai Rp 50 ribu – Rp 150 ribu.

Produk tersebut sekaligus melengkapi galeri foto yang rencananya akan dibangun Adit beberapa waktu mendatang. ‘’Profesi utama tetaplah fotografer,’’ ucap jebolan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) jurusan kesehatan masyarakat 2014 itu. *** (fin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Lulus Bintara Polri, Buruh Potong Ayam Menangis Haru


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler