jpnn.com, BANDUNG - Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Senang yang merupakan hasil binaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mampu meraup sejumlah keuntungan di tengah pandemi virus corona.
Pasalnya, KTH yang berada di Cilengkrang, Bandung itu menjual jahe merah dalam jumlah yang banyak.
BACA JUGA: KLHK Tutup Semua Taman Nasional, Wisata Alam dan Suaka Margasatwa
Yusuf selaku Penyuluh Kehutanan Pendamping KTH Giri Senang mengatakan, jahe merah menjadi salah satu produk petani hutan yang laris karena menjadi suplemen herbal penunjang stamina dan imun tubuh.
Seiring pandemi virus corona, permintaan jahe merah di KTH tersebut sudah mencapai hitungan ton. Ini berbeda dari hari biasa yang hanya hitungan kuintal.
BACA JUGA: KLHK Lakukan Sejumlah Langkah Strategis Atasi Pandemi Corona
Peningkatan permintaan atas jahe merah ini tentu memberikan berkah tambahan pendapatan bagi petani hutan anggota KTH Giri Senang.
Dengan perhitungan rata-rata sekali panen menghasilkan 1 ton jahe merah, maka dengan harga mencapai Rp 75 ribu per kilogram, omzet yang didapatkan bisa mencapai sekitar Rp 75 juta sekali panen.
BACA JUGA: Cerita Perempuan Pasien Corona Sudah Sembuh, Kesedihan telah Berlalu
"Sebetulnya komoditas utama KTH Giri Senang adalah kopi. Jahe merah, kunyit dan tanaman bawah tegakan hanyalah komoditas sampingan. Namun, karena sekarang permintaan meningkat, alhamdulillah anggota KTH mendapat tambahan pendapatan,” ujar Yusuf dalam keterangannya, Selasa (14/4).
Petani hutan anggota KTH Giri Senang saat ini berjumlah 147 orang, mereka melakukan kegiatan menanam tanaman kopi di bawah tegakan pohon pinus seluas 250 hektare, dengan satu hektare di antaranya ditanam sela dengan tanaman empon-empon seperti jahe merah dan kunyit.
"Dulu jahe merah dan kunyit hanya dijadikan bumbu masak oleh pembeli, tetapi dengan adanya wabah corona, jahe merah digunakan sebagai minuman penambah stamina agar terhindar dari virus corona,” tambah Yusuf.
Selain jahe merah, produksi kopi dari KTH ini pun sangat baik. Pada 2019, hasil panen kopi dalam bentuk gelondong mencapai 1.000 ton, dari awalnya hanya budidaya kopi arabika yang hasilnya dijual dalam bentuk setengah jadi, kini mulai bervariasi mengikuti perkembangan seperti pengolahan kopi greenbean dengan metode wash, natural, honey dan varian wine.
Kopi tersebut dijual dengan harga kisaran mulai dari Rp 85.000 hingga Rp 400.000/kg dengan merek Kopi Bukit Palasari.
Produknya telah memenuhi permintaan dalam negeri bahkan mulai menjajaki pasar Eropa.
Dari usaha kopi ini, beberapa anggota KTH ada yang sanggup mendapatkan pendapatan hingga mencapai Rp 300 juta per tahun.
Dengan bergeliatnya ekonomi lokal ini, anak-anak muda menjadi memiliki lapangan pekerjaan, bahkan anak muda adalah pemeran utama dalam usaha ini di semua lini kegiatan KTH Giri Senang, yaitu mulai dari panen, pasca-panen, pengolahan kopi, pengemasan, pengangkutan, pemasaran secara online sampai mengelola kafe yang didirikan di atas lahan KTH. (cuy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan