Di Tengah Pandemi Corona, Petani Pinrang ini Sukses Raup Omzet Besar dengan Alsintan

Minggu, 19 April 2020 – 22:15 WIB
Petani milenial yang sukses terus produksi dengan bantuan alsintan. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, PINRANG - Salah satu faktor penentu kemajuan pertanian di masa mendatang melalui pengembangan usaha agribisnis yang dilakukan generasi milenial.

Estafet petani selanjutnya adalah kepada mereka yang mempunyai inovasi dan gagasan kreatif dan bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.

BACA JUGA: Petani Milenial asal Kupang Ini Mampu Tembus Pasar Modern

Hal inilah yang membuat Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menaruh harapan pertanian pada generasi milenial.

Saat ini banyak petani milenial yang telah menjadi pengusaha dalam sektor pertanian, salah satunya Bahtiar.

BACA JUGA: Tak Hanya Tim Medis, Petani dan penyuluh juga Pejuang Lawan COVID-19

Pemuda asal Pinrang ini memulai bisnis di bidang pertanian setelah mengikuti Program Magang Jepang yang difasilitasi oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2012.

Setelah kembalinya dari Jepang, Bahtiar memulai usaha di bidang pertanian dengan komoditas padi, jagung dan beternak sapi sekaligus mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Alam Indah.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Nasib Perawat PPPK, Kaesang Minta Maaf, Demo Buruh 30 April

Awal kesuksesan Bahtiar dimulai ketika kelompok tani (poktan) tempat dia bernaung mendapat bantuan alat panen padi (Combine Harvester).

“Alhamdulillah, alat ini dikelola secara profesional bersama anggota kelompok tani lainnya. Karena prospeknya yang bagus, maka saya memberanikan diri untuk membeli 1 unit Combine Harvester yang besar. Dari hasil keuntungan combine, digunakan kembali untuk menambah armada 1 unit combine harvester, sehingga saat ini memiliki tiga armada, 1 unit milik kelompok dan 2 unit milik pribadi,” terang Bahtiar.

Dari tiga unit Combine yang beroperasi saat ini, Bahtiar telah mempekerjakan 21 karyawan. "Satu unit combine harvester rata-rata menghasilkan 45 juta per bulan dengan keuntungan bersih 30 Juta/unit,"ungkap Bahtiar.

Lebih lanjut, kata Bahtiar, rata-rata combine harvester miliknya beroperasi normal selama 7 bulan dalam 1 tahun.

Termasuk 2 unit Combine Harvester yang dimilikinya secara pribadi selalu beroperasi full time dari satu daerah ke daerah lainnya yang sedang panen.

“Satu hal yang patut kita syukuri adalah panen hampir sepanjang tahun di Sulsel, sehingga alat bisa beroperasi secara maksimal, apalagi di masa Covid 19 ini, pertanian sangat terbantu dengan adanya alat mesin pertanian" terang Bahtiar.

Tidak hanya itu, Bahtiar juga melebarkan sayap bisnisnya dengan membangun peternakan ayam petelur.

"Alhamdulillah sudah mulai berproduksi. Pada awalnya membeli bibit muda sebanyak 2.000 ekor dengan harga 57.000 per ekor. Kandang ini dikelola oleh 2 orang karyawan," lanjut Bahtiar.

Dia berharap semoga semakin banyak generasi muda yang terjun ke bidang pertanian. "Pertanian itu sangat menjanjikan, dan ke depan, siapa yang menguasai pertanian, maka dialah yang akan menguasai dunia," pungkasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi mengatakan keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian.

“Mereka diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir, ”ujarnya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler