Dialog dengan GP Ansor, Menlu AS Klaim Abraham Accords Bermanfaat Bagi Palestina

Kamis, 29 Oktober 2020 – 22:06 WIB
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo (tengah) menerima plakat dari Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (kiri) disaksikan Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (kanan) saat acara dialog dengan GP Ansor di Jakarta, Kamis, 29 Oktober 2020. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc)

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengklaim perjanjian normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dengan negara-negara Arab atau Abraham Accords, juga memberikan manfaat bagi Palestina.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo saat pertemuan dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor di Jakarta, Kamis (29/10).

BACA JUGA: Mabes Polri Ungkap Fakta soal Rufinus Tigau, Kejam!

Saat itu Pompeo juga menerima plakat dari Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, disaksikan Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.

Pompeo juga menyampaikan bahwa rencana perdamaian Timur Tengah itu diusulkan oleh Presiden Donald Trump demi menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang di kawasan, termasuk rakyat Palestina.

BACA JUGA: Menlu AS Kampanye Anti-Tiongkok di Hadapan Warga NU, Kata-katanya Keras

"Apa yang telah kami lakukan dengan visi perdamaian Presiden dan Abraham Accords, termasuk di dalamnya meningkatkan kapasitas rakyat Palestina untuk mempunyai negara dengan cara yang kami paparkan pada visi perdamaian itu," ucap Pompeo.

Diketahui bahwa Uni Emirat Arab (UAE) dan Bahrain adalah dua negara Timur Tengah yang menandatangani deklarasi bersama Abraham Accords dengan Israel, yang dijembatani AS pada 15 September 2020.

BACA JUGA: Pagi Berdarah di Gereja Prancis, Jemaat Dipenggal, Banyak yang Terluka

Normalisasi hubungan resmi Israel-UAE dan Israel-Bahrain tersebut mendapat beragam tanggapan. Pihak yang mengkritik menganggapnya sebagai kesepakatan yang hanya menguntungkan Israel, bukan Palestina.

Palestina sendiri langsung bersikap keras dengan menyatakan penolakan serta kecaman terhadap rencana normalisasi itu. Palestina menyebut kesepakatan tersebut sebagai sebuah pengkhianatan atas perjuangan rakyat Palestina.

Namun, Israel dan AS tetap menjalankan lobi politik dengan negara-negara Arab lain. Pada 23 Oktober 2020, Sudan menjadi negara Arab ketiga yang sepakat kembali menjalin relasi diplomatik dengan Israel, dan Trump menghapus Sudan dari daftar negara pendukung terorisme.

Pompeo mengatakan, pihaknya menjalankan rencana perdamaian Timur Tengah itu berdasarkan ide solusi dua negara (two-states solution), yakni Palestina dan Israel hidup berdampingan satu sama lain.

"Kami percaya bahwa masyarakat Palestina harus ikut masuk dalam percakapan (tentang perdamaian ini, red) demi memunculkan hasil yang baik bagi mereka. Kami menghadirkan keuntungan dan bantuan ekonomi yang nyata, yang menurut kami hal mendasar untuk melakukan pembahasan," tutur Pompeo.

Selain itu, pihaknya juga merasa bahwa Abraham Accords menciptakan kondisi di mana negara-negara Arab sekarang menyadari bahwa Israel mempunyai hak untuk hidup.

"Dan kami berharap orang-orang Palestina akan pula mengakui hal itu dengan cara yang sama hingga nanti kita dapat memulai pembahasan tersebut,' tandas Pompeo.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler