Penggalangan dana dilakukan oleh masyarakat Indonesia di Australia Selatan untuk empat korban kecelakaan mobil, yang menewaskan satu orang.

Dana yang terkumpul diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pemulangan jenazah Muhammad Ary Utomo Panjaitan, serta biaya perawatan rumah sakit bagi Ari hasan Asyari, Naufal Hisyam, dan Abdul Malik Fajar.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Sebuah Gereja Tempat Pengungsian di Gaza Diserang Israel

Mobil yang ditumpangi keempat pemegang working holiday visa (WHV) tersebut menabrak pohon di kawasan Chain of Ponds.

Menurut pernyataan Kepolisian Australia Selatan, satu orang meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara ketiga lainnya dirawat di Royal Adelaide Hospital.

BACA JUGA: Warga Indonesia di Australia Ingin Mendukung Palestina, tetapi Ada Ketakutan

Eni Mosel, pendiri organisasi IndoPeduliAdelaide mengatakan sudah mengumpulkan setidaknya AU$15,000, atau hampir Rp150 juta hingga saat ini.

"Untuk mengirim jenazah pulang sih Insha Allah sudah ada, jadi kita sekarang harus fokus ke anak-anak [yang masih dirawat di rumah sakit] ini," kata Eni kepada ABC Indonesia.

BACA JUGA: Bocah 6 Tahun di Amerika Jadi Korban Pembunuhan Bermotif Islamofobia

Eni mengatakan biaya rawat inap untuk para korban adalah sekitar $4,000-6,000 per hari.

Ia mengatakan pihaknya masih berdiskusi dengan 'social worker' mengenai biaya tersebut, karena para korban tidak memiliki asuransi.

Eni juga turut memantau keadaan para korban yang saat ini dijaga oleh teman-teman sesama peserta WHV secara bergantian di rumah sakit.

"Naufal masih belum bagus, saya rasa masih fighting for life, masih koma," ujar Eni.

"Fajar kemarin sudah bangun ... masih [dirawat] di dekat ICU, jadi belum aman sekali, belum naik ke lantai lainnya.

"Ari sudah di lantai lima, kemarin masih dibawa untuk di-rontgen lagi karena memang ingatannya belum kembali."

,Eni mengucapkan terima kasih kepada warga Indonesia di Australia "karena sudah bergerak dengan cepat" dengan memberikan bantuan.'Dia orang baik'

Teman-teman Muhamad Ary Utomo Panjaitan atau Ary di daerah Elizabeth, Australia Selatan turut merasakan kehilangan.

"Dia itu sangat akrab dengan saya," ujar salah satu teman Ary yang tidak mau namanya dipublikasikan.

"Kita biasa bercanda, jadi dia itu betul-betul friendly. Dia orang baik."

"Kita bukan hanya sekedar teman, tapi kita itu udah anggap dia keluarga."

Kepada ABC Indonesia, ia mengatakan Ary dan korban kecelakaan lainnya baru sekitar tiga bulan lamanya tinggal di Australia Selatan.

Menurutnya, mereka baru berencana untuk membeli asuransi swasta.

Ia juga mengatakan mobil yang dikendarai pada saat kecelakaan juga baru dibeli sekitar dua atau tiga minggu yang lalu.Imbauan mengemudi di Australia

Berry Lukman, warga Indonesia yang bekerja sebagai saleyard documentation officer dan production planner di Thomas Foods International, mengonfirmasi jika keempat korban adalah pegawai di perusahaannya.

Ia mengatakan saat ini setidaknya 70 persen pegawai di perusahaan Australia tersebut adalah warga Indonesia, termasuk pemegang WHV.

Berry yang juga admin salah satu grup pemegang WHV di Facebook mengingatkan pemegang WHV untuk lebih berhati-hati ketika mengemudi di Australia.

"Menurut saya, mengamati anak WHV Indonesia, mereka terlalu berani untuk mengemudi tanpa mengenali medan," ujarnya.

"Saya banyak menemukan anak-anak WHV yang baru sampai di Australia, mereka berani mengambil risiko untuk bisa mengemudi.

"Mungkin perlu paham betul cara berkendara di sini sebelum betul-betul berani dilepas, apalagi di area Hills sangat-sangat rawan."

Ia juga berpesan agar pemegang WHV tidak bekerja terlalu lama melebihi jam istirahat, agar memiliki asuransi, dan memastikan kelayakan kendaraan yang dipakai.

"Semakin banyak orang, semakin berebut kendaraan, dan kendaraan terbatas," katanya mengenai jumlah pemegang WHV yang semakin banyak di Australia Selatan.

"Saking mepetnya perlu mobil, apa pun mereka ambil kendaraan yang tersedia, tanpa tahu kondisi kendaraan itu. Saya concerned juga."

Eni juga menekankan pentingnya memiliki asuransi swasta.

"Memang sepertinya membuang uang, tapi karena kita di negara orang, private insurance [asuransi swasta] penting karena enggak ada BPJS," katanya.

"Jangan memikirkan untung-rugi lah. Supaya bisa tinggal di sini  lebih lama, kalau mau tinggal di sini lebih lama."

Salah satu teman Ary juga berpesan agar warga Indonesia untuk lebih berhati-hati ketika mengemudi di Australia.

"Cuma mau bilang, hati-hati di jalan, kalau ngantuk giliran aja, biar enggak ada kecelakaan lagi," ujarnya.

"Kalau memang kelelahan, istirahat."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Penembakan Menghentikan Pertandingan Sepak Bola di Belgia

Berita Terkait