jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati ikut dalam pemilihan Presiden Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) periode 2023-2027.
Dia mengaku siap all out bersaing dengan menyiapkan visi, misi, gagasan, dan strategi mengenai "mau dibawa kemana" WMO empat tahun mendatang.
BACA JUGA: Rentetan Gempa Terjadi di Salatiga, BMKG Imbau Warga Tetap Tenang
Pemilihan Presiden WMO akan dilaksanakan pada sidang the nineteenth World Meteorological Congress (CG-19) pada 22 Mei – 2 Juni 2023.
Presiden WMO akan dipilih berdasarkan suara terbanyak oleh Anggota WMO yang terdiri dari 187 negara dan 6 teritori. Selain pemilihan Presiden WMO, juga turut dipilih Sekretaris Jenderal dan Wakil Presiden WMO.
BACA JUGA: Kepala BMKG Ingatkan Sisi Mitigasi Menyikapi Potensi Gempa Bumi di Indonesia
Dwikorita mengatakan ada 3 misi yang menjadi fokus utamannya jika terpilih menjadi Presiden WMO. Pertama, kesetaraan gender. Kedua, suistainability atau keberlanjutan.
"Ketiga pengurangan kesenjangan (closing the gap) antara negara maju dan negara berkembang. Utamanya dalam hal infrastruktur kebencanaan," kata Dwikorita dalam keterangannya, Senin (29/5).
BACA JUGA: Kepala BMKG Sampai Memohon, Tolong Diperhatikan Warga di Sekitar Cianjur
Terkait keseteraan gender, Dwikorita memaparkan bahwa ke depan WMO harus memiliki SMD yang berimbang, serta kebijakan lebih baik untuk menangani disparitas gender.
Selain itu, aksesbilitas yang sama terhadap informasi layanan cuaca dan iklim bagi perempuan dan laki-laki, serta memberdayakan kaum muda dan perempuan yang tedampak perubahan iklim.
Ke depan, WMO juga perlu menjembatani kesenjangan antara negara berkembang dan negara maju dengan terus berupaya meningkatkan kapasitas, menginisiasi kerja sama antarnegara dan berbagai pemangku kepentingan lainnnya.
"WMO perlu lebih agresif dalam mendorong transfer teknologi antarnegara anggota untuk mengatasi dampak terkait cuaca dan iklim. Termasuk melakukan penguatan sarana implementasi dan pembiayaan inovatif agar tidak ada negara yang tertinggal," jelasnya.
WMO secara kelembagaan, tambah Dwikorita, perlu melakukan sejumlah terobosan guna meningkatkan akuntabilitas, transparansi, inklusivitas dengan mmbuat kebijakan sains yang lebih baik melalui kerja sama dengan Badan PBB lainnya.
"Juga terlibat dalam acara tingkat tinggi, serta memperkuat kemitraan dengan sektor swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)," tuturnya. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh