Seorang pria Australia dicabut paspornya setelah muncul kecurigaan ia akan melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS.

Namun, warga yang berusia 27 tahun tersebut, yang diidentifikasi dalam dokumen resmi sebagai ‘RZBV’, bersikukuh mengatakan bahwa ia ingin terbang ke Turki untuk mengunjungi keluarga besarnya dan menikah.

BACA JUGA: Lahan Pertanian Akan Dibangun di Pusat Kota Sydney

Paspornya dibatalkan oleh Menteri Luar Negeri pada 7 Mei 2014 karena badan intelijen Australia (ASIO) percaya, ia berencana melakukan perjalanan ke Suriah dan terlibat dalam aktivitas kekerasan yang mendukung kelompok ISIS.


Pria itu mengatakan kepada pengadilan bahwa ia, kapanpun, tidak punya niat untuk terlibat dalam kekerasan bermotif politik.

BACA JUGA: Pemerintah Kejar Pajak Istri, Anak dan Menantu Tersangka Koruptor di Sydney

ASIO juga menganggap, pria ini adalah potensi ancaman bagi Australia dan negara-negara asing jika ia bepergian dengan paspor Australianya, yang diterbitkan pada tahun 2009.

Setelah diberitahu tentang pembatalan paspornya, pria itu menghubungi ASIO pada tanggal 8 Mei 2014.

BACA JUGA: Biosekuriti Kuat di Australia Cegah Penyakit Lebah Mematikan dari Malaysia

Ia mengatakan, ketika ia diwawancarai oleh Polisi Federal Australia sebelum keberangkatannya dari Australia, ia ditanya apakah ia berencana untuk melakukan perjalanan ke perbatasan Turki / Suriah.

Pria itu mengatakan kepada petugas ASIO bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang Suriah, selain apa yang telah ia baca dari artikel yang ditunjukkan kepadanya saat wawancara.

Pria itu mengajukan banding atas keputusan pembatalan paspornya di Pengadilan Tata Usaha Negara Australia, dan mengatakan, ia bukan bagian dari kelompok teroris dan tak ingin melakukan perjalanan ke Suriah.

Pria itu mengatakan kepada pengadilan bahwa ia, kapanpun, tidak punya niat untuk terlibat dalam kekerasan bermotif politik.

Ia mengatakan, ia bermaksud untuk membawa uang senilai 39 ribu dolar (atau sekitar Rp 390 juta) ketika meninggalkan Australia, untuk peluang investasi.

Seorang perwira senior ASIO mengatakan kepada pengadilan, “Penilaian keamanan melibatkan pertimbangan atas kegiatan pemohon dan karakter yang relevan dengan keamanan.”

"Ini adalah hasil pengamatan berkelanjutan dari ASIO yang menemukan bahwa jika pemohon memegang paspor Australia, ia akan cenderung untuk terlibat dalam perilaku yang dapat merugikan keamanan Australia atau negara asing dan paspornya harus tetap dibatalkan untuk mencegah dirinya terlibat dalam perilaku itu,” sebutnya.

Pria Muslim mengaku tak peduli dengan ISIS

Selama persidangan, pria itu ditanya apakah ia mendukung upaya ISIS untuk mendirikan kekhalifahan Islam.

Ia mengatakan, "Itu terserah mereka, apa pun yang mereka lakukan. Saya bukan bagian dari mereka. Saya tak berbicara bahasa Arab.”

Ia lantas mengutarakan, "Hanya karena saya Muslim, bukan berarti saya ingin bergabung dengan mereka atau kelompok apapun."

Dokumen pengadilan juga menunjukkan bahwa pada Juli 2013, ASIO mewawancarai pria itu terkait hubungannya dengan kelompok ‘Jabhat al-Nusra’.

Selama wawancara di tahun 2013 itu, sang pria telah diberitahu bahwa jika ASIO yakin seseorang berniat untuk melakukan perjalanan ke Suriah, untuk melatih atau melakukan aktivitas militer dengan sebuah kelompok, maka paspor mereka akan dibatalkan.

Pria itu menjawab bahwa ia memiliki sedikit pemahaman tentang situasi di Suriah, ia tak mendengar ada orang di komunitasnya yang merencanakan untuk melakukan perjalanan berjuang bagi kelompok ‘Jabhat al-Nusra’, dan ia tak mengenal siapapun yang mengumpulkan dana untuk organisasi teroris.

Pada Selasa (12/5), pengadilan mengatakan, bukti yang dihadirkan dalam sidang tertutup mendukung penilaian ASIO.

Pengadilan mengkonfirmasi pembatalan paspor pria itu dan keputusan untuk menerbitkan penilaian keamanan yang merugikan.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasangan Berkeliling Dunia Naik Karavan Telah Lewati Australia

Berita Terkait