Digoyang Kasus Khashoggi, MBS Malah Makin Kuat

Minggu, 30 Desember 2018 – 06:25 WIB
Pangeran Muhammad bin Salman di Future Investment Initiative. Foto: IFF

jpnn.com, RIYADH - Pemerintah Arab Saudi melakukan perombakan besar-besaran. Kamis (27/12) waktu setempat Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud mengeluarkan dekrit yang berisi daftar nama para menteri yang di-reshuffle.

Adel Al Jubeir termasuk salah satu korban kebijakan sang raja. Jabatannya diturunkan dari menteri luar negeri menjadi menteri negara urusan luar negeri. Posisi itu satu tingkat di bawah menteri luar negeri.

BACA JUGA: Makin Mesra dengan Trump, Saudi Klaim Tetap Peduli Palestina

Posisi diplomat teratas diserahkan kepada Ibrahim Al Assaf. Sebelumnya Assaf menjabat menteri keuangan selama kurang lebih 20 tahun.

Dialah yang menjadi wajah Saudi di Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Assaf termasuk satu di antara puluhan pangeran, pebisnis, dan pejabat yang ditawan di Hotel Ritz-Carlton, Riyadh, November tahun lalu, saat pemerintah bersih-bersih dari koruptor. Assaf dibebaskan dua bulan kemudian tanpa biaya penalti.

BACA JUGA: Kemenag Minta Saudi Tinjau Ulang Rekam Biometrik

"Citra internasionalnya yang positif dipandang sebagai kunci untuk memperbaiki wajah kerajaan yang ternoda," ujar Neil Quilliam, peneliti senior di Chatham House, Inggris.

Assaf masih menjabat sebagai dewan direksi di dua BUMN Arab Saudi, Aramco (energi) dan Public Investment Fund (keuangan). Itu seakan menunjukkan bahwa Saudi ingin menggunakan diplomasi ekonomi untuk menggaet para investor di tengah krisis akibat guncangan kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.

BACA JUGA: Di Arab Saudi, Puan Tegaskan Komitmen RI bagi Kemajuan Islam

Sejak kasus itu mencuat, pemerintah Arab Saudi memang kalang kabut untuk memperbaiki citranya. Sebab, pembunuhan keji yang terjadi 2 Oktober lalu di kantor Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, tersebut ditengarai diperintahkan oleh putra mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS). Sebanyak 15 orang yang menjadi eksekutornya adalah orang-orang dekat MBS.

Diperkirakan, Jubeir dicopot dari jabatannya karena orang lama peninggalan pemerintahan almarhum Raja Abdullah. Dia juga dianggap kurang mampu menyelesaikan masalah yang menjadi sorotan dunia itu. Paparannya yang berubah-ubah mengesankan Saudi plinplan.

"Kini saya pikir dia (Jubeir) dipakai sebagai kambing hitam dalam masalah (Khashoggi) ini," terang Marwan Kabalan, kepala analisis kebijakan di Arab Cener for Research and Policy Studies, seperti dikutip Al Jazeera.

Pembunuhan Khashoggi itu juga membuat peran Saudi di perang Yaman disoroti. Beberapa negara bahkan sampai menghentikan penjualan senjata ke Saudi. Di antaranya, Jerman, Finlandia, dan Denmark.

"Anda tidak bisa memisahkan Khashoggi dari perkembangan apa pun (di Saudi), meski reshuffle pemerintah biasanya memang terjadi empat tahun sekali," tegas pengamat di Gulf Research Centre Mohammed Alyahya.

MBS yang dituding sebagai dalang di balik pembunuhan justru tak tersentuh dalam perombakan itu. Politikus 33 tahun tersebut tetap menjabat menteri pertahanan dan wakil perdana menteri Saudi. Posisinya saat ini justru kian kuat. Sebab, orang-orang dekatnya justru mendapat promosi kenaikan jabatan.

Raja Salman juga menunjuk Pangeran Abdullah bin Bandar bin Abdulaziz untuk menggantikan Pengeran Khaled bin Ayyaf sebagai kepala Garda Nasional.

Kepala keamanan umum diserahkan ke Jenderal Khalid bin Qirar Al Harbi. Posisi penasihat keamanan nasional diberikan kepada alumnus Harvard Musaed Al Aiban.

Turki Al Sheikh yang dikenal dekat dengan MBS dipindah posisi dari kepala komite olahraga menjadi kepala komisi entertainment. Orang-orang tersebut diharapkan bisa memoles wajah Saudi.

"Tak satu pun menyebut posisi putra mahkota. Sebaliknya (reshuffle), ini justru menguatkannya," terang pengamat senior di S. Rajaratnam School of International Studies James Dorsey.

Raja Salman juga memerintahkan pembentukan Saudi Space Agency alias Badan Luar Angkasa Saudi. Lembaga itu akan dipimpin Pangeran Sultan bin Salman. Pangeran 62 tahun tersebut adalah orang Arab dan muslim pertama yang pergi ke luar angkasa pada 1985. (sha/c10/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Biometrik, Gerindra Minta Pemerintah Desak Arab Saudi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler