jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Maroko harus mendapat perhatian serius.
Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir, nilai perdagangan kedua negara terus mengalami penurunan.
BACA JUGA: Budi Daya Terumbu Karang Berpotensi Tingkatkan Devisa
“Pada tahun 2015 nilai perdagangan Indonesia dan Maroko tercatat sebesar 214,32 juta US dollar. Lalu 2016, menurun menjadi 157,94 juta US dollar. Kemudian pada 2017 kembali menurun menjadi 154,80 juta US dollar,” ujar Bamsoet saat menerima Duta Besar Maroko untuk Indonesia Quadia Benabdellah di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Kamis (19/4).
Hadir dalam pertemuan tersebut Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha, anggota Fraksi Partai Golkar Mukhamad Misbakhun serta anggota Fraksi Partai Nasdem Ahmad Sahroni.
BACA JUGA: Sumsel Memiliki Potensi Budi Daya Ikan dan Pengolahannya
Bamsoet berharap kerja sama perdagangan Indonesia dan Maroko bisa ditingkatkan di tahun mendatang. Para pelaku bisnis dari kedua negara perlu dilibatkan lebih intens.
Kedua negara juga perlu segera merundingkan Preferential Trade Agreement untuk mendukung peningkatan kerja sama perdagangan.
BACA JUGA: Komisi III Soroti Peredaran Narkoba di Sumatera Utara
“Banyak kerjasama perdagangan yang bisa Indonesia dan Maroko lakukan. DPR akan mendorong pemerintah untuk segera merealisasi kerjasama perdagangan di bidang pupuk fosfat sesuai kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Maroko tahun lalu. Kerjasama di bidang energi terbarukan juga akan coba kita jajaki,” papar Bamsoet.
Mantan Ketua Komisi III DPR ini mengapresiasi investasi yang dilakukan oleh perusahaan asal Maroko di Indonesia.
Belum lama ini, GDTC Grup perusahaan dari Maroko berinvestasi padasektor perkebunan tebu yang terintegrasi dengan peternakan sapi potong di Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.
“Nilai investasi yang ditanamkan sebesar USD 800 juta atau setara Rp 10,9 triliun. Diprediksi panen perdana dapat dilakukan dalam dua tahun ke depan. Kami berharap para pelaku bisnis Maroko yang lain juga mau berinvestasi di Indonesia,” kata Bamsoet.
Bamsoet menuturkan, hubungan Indonesia dan Maroko selama ini telah terjalin dengan baik. Terlebih, hubungan kedua negara dilatarbelakangi oleh ikatan sejarah yang kuat. Indonesia merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Maroko pada tahun 1956.
“Di Maroko terdapat jalan besar yang diberi nama Soekarno, Presiden pertama Indonesia. Sebaliknya, di Jakarta juga terdapat Jalan Casablanca, nama kota besar di Maroko. Ini menunjukkan persahabatan yang kuat antara Indonesia dan Maroko,” papar Bamsoet.
Politikus Partai Golkar ini berharap konflik perebutan Sahara Barat yang masih terjadi antara Maroko dan Polisario bisa segera diselesaikan.
Indonesia mendukung penuh penyelesaian secara damai di bawah naungan PBB untuk mencari jalan keluar terbaik.
“Sebagai negara yang telah bersahabat sangat lama, Indonesia siap mendukung penyelesaian konflik Sahara Barat melalui jalur PBB. Kita siap berbagi pengalaman penyelesaian konflik di Aceh, sebagai alternatif cara penyelesaian konflik Sahara Barat,” kata Bamsoet.
Bamsoet tak lupa memohon dukungan dari pemerintahan Maroko untuk mendukung pencalonan Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020.
Sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Indonesia dapat lebih berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan damai.
"Saya harap pemerintah Maroko mendukung Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Menciptakan dunia yang lebih aman dan damai tentu cita-cita semua bangsa. Indonesia siap untuk memperjuangkan hal tersebut dalam forum Dewan Keamanan PBB," pungkas Bamsoet. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fadli Zon Beber Bukti Pemerintah Istimewakan TKA
Redaktur & Reporter : Natalia