jpnn.com, KIEV - Beberapa jurnalis terkesiap ketika pria berbaju hitam itu memasuki ruangan konferensi pers di Kiev, Ukraina, Rabu (30/5). Beberapa saat kemudian, gemuruh tepuk tangan terdengar dari berbagai sudut.
Lelaki yang membuat heboh itu adalah Arkady Babchenko, jurnalis berkewarganegaraan Rusia. Betapa tidak, sehari sebelumnya dia dilaporkan tewas.
BACA JUGA: Piala Dunia 2018: Daftar Kutukan 4 Tuan Rumah
Tubuhnya ditemukan istrinya, Olga Kashaikina, dalam genangan darah di apartemen mereka. Babchenko ditembak setidaknya tiga kali dari belakang. Dia dilarikan ke rumah sakit. Tapi, di dalam ambulans, nyawanya tak tertolong.
Berdasar penyelidikan polisi, jurnalis yang tinggal di Ukraina sejak 2017 itu dibunuh. Para pejabat Ukraina langsung menuding Rusia di balik pembunuhan tersebut. Rusia mencak-mencak dan balik menuding Ukraina.
BACA JUGA: Pulih, Putri Sergei Skripal Pengin Pulang ke Rusia
Para jurnalis juga menangisi kepergian rekannya yang terkenal kerap mengkritik Kremlin itu. Ratusan obituari ditulis untuk mengenangnya.
Ternyata, kematian itu drama semata. Sandiwaralah yang diungkap dalam konferensi pers tersebut. ’’Itu adalah konferensi pers terbaik dalam hidup saya,’’ ujar Olga Musafirova, salah seorang jurnalis yang hadir, seperti dilansir Reuters. Dia mengaku menangis bahagia saat tahu koleganya itu masih hidup.
BACA JUGA: Piala Dunia 2018: Rusia Klaim Bebas Doping
Setelah konferensi pers, beberapa jurnalis Ukraina merayakan ’’kebangkitan’’ Babchenko dari kematian dengan minum sampanye bersama.
Kepada media, Babchenko menyatakan bahwa dirinya mendapatkan informasi ada seseorang yang berusaha membunuhnya sekitar dua bulan lalu. Sebab, Kremlin menginginkan nyawanya.
Jurnalis yang pernah ikut dalam Perang Chechnya itu memang dikenal vokal. Dia tak pernah takut mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin dan jajaran pemerintahannya. Gara-gara terlalu kritis itu, dia mendapat banyak ancaman. Bapak satu anak tersebut akhirnya pindah ke Ukraina.
Security Service of Ukraine (SBU) memberi tahu Babchenko bahwa Moskow merekrut orang di Ukraina. Orang itu harus mencari pembunuh bayaran. Ada 30 orang yang ditarget. Babchenko adalah salah satunya.
’’SBU menunjukkan saya bukti-buktinya dan saya yakin (rencana pembunuhan) itu berasal dari Rusia. Mungkin dari pejabat keamanan negara,’’ terang Babchenko.
SBU pun merencanakan aksi yang menghebohkan itu. Babchenko akan pura-pura mati ditembak agar pria yang menjadi perantara itu merasa usahanya berhasil dan muncul.
Sesuai dengan perkiraan, setelah Babchenko tewas, pria yang menjadi perantara itu muncul. Dia lantas ditangkap polisi Ukraina. Tidak dijelaskan secara pasti siapa dia dan pihak yang menyuruhnya. Demikian pula 29 sasaran lain. Tak ada yang tahu siapa mereka. Yang terang, Ukraina langsung menawarkan perlindungan kepada Babchenko dan keluarganya.
Aksi Babchenko itu dipuji sekaligus dikritik. Tindakannya bisa membuat media dan jurnalis tidak dipercaya. Babchenko yang jurnalis kenamaan justru memanipulasi berita. Kritik bertubi-tubi juga diarahkan ke Ukraina.
Rusia, di lain pihak, seperti mendapatkan amunisi untuk menyerang balik. Selama ini, mereka mengklaim tak pernah mendalangi pembunuhan kritikus Kremlin di luar negeri. Semua hanya tudingan palsu dan sandiwara. Sama seperti sandiwara pembunuhan Babchenko.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut apa yang dilakukan SBU dan Babchenko itu aneh. Mereka juga menyatakan bahwa Ukraina adalah tempat yang berbahaya bagi jurnalis. (sha/c19/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Turis Kibarkan Bendera Palu Arit, Ini Alasannya
Redaktur & Reporter : Adil