jpnn.com, HIROSHIMA - Para pemimpin Jepang, Australia, India, dan Amerika Serikat, yang tergabung dalam aliansi Quad, pada Sabtu sepakat menciptakan kawasan bebas dari intimidasi dan paksaan.
Komitmen tersebut adalah upaya Quad dalam mempertahankan tatanan berbasis aturan guna menghadapi ambisi militer dan ekonomi China.
BACA JUGA: DPR Soroti 17 WNI Hilang saat Kapal China Tenggelam di Samudera Hindia
Dalam pertemuan di sela-sela KTT G7 di Hiroshima, para pemimpin Quad juga menyebutkan beberapa prinsip kemitraan untuk menghadapi tantangan di kawasan Indo-Pasifik, termasuk menciptakan persaingan yang bertanggung jawab dan bekerja secara terbuka dengan mitra-mitra kawasan lainnya.
"Kondisi keamanan kini sudah semakin genting, tatanan internasional berdasarkan aturan hukum tengah menghadapi ancaman," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida saat duduk bersama dengan para pemimpin lainnya.
BACA JUGA: China Ngotot Menolak Dianggap Negara Maju, Ini Alasannya
Dengan keadaan seperti itu, Kishida mengatakan sangat penting dalam mendorong komunitas internasional agar lebih sering bekerja sama, bukan memicu perpecahan dan konfrontasi.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan salah satu misi Quad adalah menunjukkan kapasitas demokrasi dalam mewujudkan kebebasan.
BACA JUGA: NATO Cawe-Cawe di Indo-Pasifik, Tetangga China Justru Senang
"Visi kami adalah (menciptakan) kawasan yang damai dan sejahtera, stabil dan aman, dan menghormati kedaulatan, bebas dari intimidasi dan paksaan, dan setiap perselisihan diselesaikan sesuai dengan hukum internasional," kata Quad.
China mengkritik Quad sebagai NATO versi Asia meskipun kelompok tersebut bukan aliansi keamanan, melainkan aliansi kerja sama yang kini mencakup infrastruktur dan teknologi penting, perubahan iklim, dan luar angkasa.
"Kami menginginkan kawasan di mana semua negara dan masyarakat bisa memilih bebas tentang bagaimana mereka bekerja sama dan berdagang berdasarkan kemitraan, kesetaraan dan saling menghormati," kata Quad. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif