Dikotomi Militer-Sipil Sebaiknya jadi Mitos

Selasa, 02 Juni 2009 – 19:50 WIB
JAKARTA - Soal dikotomi militer-sipil hendaknya jangan dipersoalkan lagiDikotomi tersebut jauh akan lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara ini, jika konsep militer-sipil itu dijadikan sebuah mitos saja

BACA JUGA: SBY Capres Militer Paling Tak Tegas

Hal itu antara lain disampaikan oleh juru bicara (jubir) pasangan JK-Win, Dr Yuddy Chrisnandy, dalam diskusi bertema "Manajemen pemerintahan sipil-militer vs militer-sipil", di press room DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (2/6).

"Masalah dikotomi militer-sipil itu sudah selesai sejak lahirnya UU 34/2004
Sayangnya, dalam atmosfer politik masyarakat Indonesia itu, figur militer dianggap sebagai mitos sosok pemersatu

BACA JUGA: Hatta Bantah Isu Istri Boediono Non-Muslim

Padahal saat ini banyak sekali pilihan-pilihan figur pemersatu bangsa di pilpres
Contohnya pasangan nusantara Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win)," katanya.

Diskusi itu sendiri turut pula dihadiri oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR Syarif Hasan, Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP) Tjahjo Kumolo, pengamat politik Dr Fachri Ali, serta peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Ikrar Nusa Bhakti.

Menurut Yuddy pula, isu pemimpin militer hanyalah sebuah manuver politik dalam rangka menarik simpati tentang ketokohan atau figur-figur

BACA JUGA: Tim SBY Tak Siap Mainkan Isu

"Seluruh pasangan ada militernyaIni kebetulanJK-Win tidak berdasarkan pada aspek tentara (dalam) memilih Pak Wiranto, tetapi pada aspek visi dan misi yang sama, chemistry keduanyaDan kebetulan pilihannya jatuh kepada Pak Wiranto," jelasnya.

Jatuhnya pilihan JK kepada Wiranto, kata Yuddy, semata-mata bukan karena dia tentaraMelainkan melalui sebuah penjajakan, sehingga ada kombinasi lengkap sipil-militer dan non Jawa-Jawa yang menjadi suatu pasangan nusantara"Inilah konsep yang hendak dibangun oleh tim sukses JK-Win," ungkapnya.

Ditambahkan Yuddy, kecepatan dan ketepatan itu sendiri bukan semata-mata milik militerTapi itu juga soal karakter seseorang"Kedislipinan dalam militer itu ada di karakter JKJadi bukan soal itu punya sipil atau militer," tukasnya.

Sementara itu, Ketua FPD Syarif Hasan mengatakan perlunya sedikit revisi soal pemerintahan militer"Bukan pemerintahan militer, tapi bekas militer yang di pemerintahanJadi tetap saja pemerintahan sipilKalau lebih cepat lebih baik akhirnya kalah atau melanggar undang-undang, itu tidak menjamin lebih bagus," terangnya pula.

Disampaikan Syarif, yang penting itu adalah hasilMenurutnya, SBY memang berlatar belakang militer-sipil, namun memiliki pemikiran bagaimana menempatkan militer menjadi lebih baik"Dia adalah penggagas reformasi TNI, (juga) politik luar negeri dalam menyelesaikan konflik mengutamakan diplomasi," tambahnya.

Dalam diskusi itu, Dr Fachri Ali menilai bahwa dalam realitasnya, memang banyak tokoh-tokoh yang punya background militer muncul menjadi pemimpin parpolIa pun membenarkan, kalau tokoh-tokoh militer ini memimpin, maka konsep militernya akan berpengaruh pada konsep-konsep pemerintahan.

"Pemerintahan Orde Baru begitu berpengaruh pada kesadaran kolektifSeakan-akan mereka yang berasal dari militer sudah teruji dan dianggap sebagai pemimpin yang dipandang tepat untuk tampil," katanya.

Fachri pun menegaskan bahwa dikotomi sipil-militer adalah bawaan dari Orde BaruMereka yang mempunyai dukungan rakyat yang penuh seperti Bung Karno di masa lalu, memiliki daya komando yang tinggi, termasuk (dalam hal) kekuatan militer dan senjata.

"Persoalannya, Bung Karno berusaha menciptakan keseimbanganItu yang menimbulkan gagasan dalam militer untuk memunculkan political forceGagasan kepemimpinan militer di politik itu merupakan momentum historis, di mana militer memberikan respon atas itu," imbuhnya(fas/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... JK-Wiranto Bantah Kampanyekan Istri Berjilbab


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler