jpnn.com, JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR RI Saleh Partaonan Daulay angkat bicara merespons tindakan Gerakan Anti Radikalisme Alumni ITB (GAR ITB) yang menuduh Din Syamsuddin sebagai tokoh radikal.
Sebelumnya, GAR ITB melaporkan Din Syamsuddin kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dalam kapasitas sebagai dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah atas tuduhan radikalisme.
BACA JUGA: Pernyataan Ketua KASN soal Din Syamsuddin Dilaporkan GAR ITB, Oh Ternyata
"Kami dari Fraksi PAN menyayangkan tuduhan terhadap Pak Din Syamsuddin yang disebut sebagai seseorang yang dikategorikan sebagai kelompok radikal, karena makna radikal itu sendiri sebetulnya belum dipahami secara utuh oleh mereka yang melabeli itu," ucap Saleh kepada JPNN.com, Minggu (14/2).
Bang Saleh mengatakan ketika GAR ITB melaporkan Din Syamsuddin sebagai tokoh radikal kepada KASN, maka makna kata radikal itu sendiri menjadi jelek dan bermakna negatif.
BACA JUGA: Jawaban Tegas Menteri Tjahjo soal Tuduhan Radikal kepada Din Syamsuddin
Karena itu, mantan ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah ini merasa tuduhan tersebut telah menyakiti salah seorang tokoh besar Indonesia itu.
Terlebih lagi, Din Syamsuddin selama ini dikenal sebagai orang yang memberikan keteduhan, dan membangun dialog lintas agama, lintas peradaban, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.
BACA JUGA: Din Syamsuddin Diusik GAR ITB, Pemuda Muhammadiyah Sudah Ancang-ancang
Kiprah mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu menurut Saleh, merupakan fakta yang diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Terbukti, Din kerap menggelar dialog antaragama, dan antarperadaban.
Selain itu, Din Syamsuddin yang pernah ditunjuk sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban, terlibat langsung dalam berbagai organisasi internasional.
Bahkan, kata Bang Saleh, Din pernah juga bicara di PBB, terkait dengan bagaimana Indonesia bisa membangun hubungan yang sangat harmonis, kemudian meningkatkan kohesivitas sosial didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.
"Saya kira semua orang bisa mendengar ceramah beliau di PBB, itu ada di youtube, silakan saja. Masih terekam dengan bagus," tegas legislator asal Sumatera Utara ini.
Secara pribadi, ketua DPP PAN ini merasa dekat dengan Din Syamsuddin karena mantan ketua MUI itu merupakan seniornya di Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah.
Di bidang akademis, Din Syamsuddin adalah dosen Saleh di UIN Syarif Hidayatullah yang mengajarkan yang sangat modern, terutama tentang pemikiran Islam kontemporer.
BACA JUGA: Terdengar Suara Aneh dari Kamar Mandi Blok A Lapas Kediri, Ya Ampun...
"Nah, pemikiran Islam kontemporer yang diajarkan itu di antara ada toleransi, ada dialog, ada civil society dalam perspektif Islam, dan seterusnya. Karena itu, saya paham betul bagaimana pemikiran dan gerakan Pak Din Syamsuddin," pungkas Saleh.
Wakil ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR ini menyebutkan, kalau misalnya ada satu, dua kritik yang mungkin pernah disampaikan Din Syamsuddin kepada pemerintah, dipastikan kritik tersebut dalam konteks membangun Indonesia.
"Karena, tentu di dalam sistem demokrasi yang kita anut seperti ini harus ada juga kritik yang konteksnya membangun. Saya pastikan Pak Din Syamsuddin tidak ada niat sedikit pun berniat buruk, berniat jahat dan membenci dalam kritiknya itu," tegas Saleh.
BACA JUGA: Kediaman Moeldoko Kebanjiran Karangan Bunga, Roy Suryo: Saya Berharap Tukang Bunganya Dibayar
Kritik tersebut, katanya, harus dimaknai sebagai tugas Din Syamsuddin sebagai seorang profesor, tokoh umat, tokoh bangsa dan juga sebagai warga negara.
Terlebih lagi Presiden Joko Widodo sendiri tidak mempersoalkan dengan adanya kritik, dan bahkan minta dikritik.
"Presiden (Jokowi) kan juga sudah menyatakan enggak apa-apa kalau mengkritik. Kenapa kok ada sekelompok orang, sekelompok kecil di ITB yang mengatakan seperti itu," pungkas Saleh.(fat/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam