jpnn.com - JAKARTA - Kisruh kenaikan harga elpiji 12 kg dinilai sebagai salah satu bentuk skenario besar untuk menjatuhkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.
Terlebih di antara peserta konvensi Partai Demokrat, Dahlan dinilai sebagai kandidat yang kuat memenangkan konvensi.
BACA JUGA: Yusril: Freeport dan Newmont Terselamatkan dari UU Minerba
Lalu apa reaksi Dahlan menanggapi penilaian itu? Pria asal Magetan ini hanya melempar senyum dan mengatakan kalau dia tak mau berfikir buruk. "Saya sih enggak pernah su'udzon," ucap Dahlan di Jalan Hang Tuah, Jakarta, Senin (6/1).
Lebih lanjut mantan Dirut PLN itu tak mau ambil pusing soal penilaian itu. Baginya siapa saja sah mengemukakan pendapat. "Ya enggak apa-apa kalau ada penilaian seperti itu, terserah. Saya enggak melarang," tutupnya sembari berlalu.
BACA JUGA: Nasaruddin Umar Fasilitasi Calo Bahas Proyek Al Quran
Diberitakan, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menduga ada skenario besar di balik kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Salah satunya yakni untuk menjatuhkan Dahlan Iskan.
"Menjadikan nama DI (Dahlan Iskan) tercemar di mata masyarakat luas. Khususnya kelas menengah ke bawah," ujar Ray di Jakarta, Minggu (5/1).
BACA JUGA: Dahlan Iskan Puji Karen di Depan Tim Komite Konvensi
Menurut Ray, DI diduga dijadikan target, tak lepas karena namanya makin kokoh sebagai pemuncak dalam berbagai survei kandidat calon presiden Partai Demokrat. Sementara nama yang digadang-gadang kelompok elit tertentu, tak juga menuai kesan positif di tengah masyarakat. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Telisik Keterkaitan Ketua Golkar Jatim
Redaktur : Tim Redaksi