Diovani, si Bocah Jualan Gorengan demi Biaya Pengobatan Adiknya

Jumat, 05 April 2019 – 00:56 WIB
Diovani Haikal berjualan gorengan di salah satu pusat perbelanjaan. Foto: Bagas Bimantara/Radar Madiun

jpnn.com - Diovani Haikal Oktavian, bocah 10 tahun itu, menunggui sang ibu yang sedang sibuk di dapur rumah kontrakannya di Kampung Lodayan, Kelurahan Pangongangan, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jatim. Siang itu, Ani Pujiastuti ibunya sedang mengolah bermacam gorengan.

Tak lama berselang, Diovani yang masih berseragam merah-putih beranjak ke kamar untuk berganti pakaian. Sembari menanti gorengan matang, Diovani menyempatkan waktu membaca buku pelajaran.

BACA JUGA: Warga Demo Besar – besaran saat Tambang di Lereng Gunung Lawu dan Wilis Ditutup

Beberapa menit kemudian, Ani datang sambil menenteng baki berisi ratusan gorengan yang masih panas.

Diovani lantas menutup buku dan mulai menata gorengan itu ke keranjang. Dia lalu mengambil tas kecil dan mengalungkannya di dada. Kemudian, mencium tangan Ani sembari mengucapkan salam sebelum akhirnya pergi berjualan.

BACA JUGA: Ya Ampun, PAD dari 71 Toko Modern Hanya Rp 38 Juta

BACA JUGA: Mbah Uti Punya 7 Cucu, Kades Perempuan Tertua di Kabupaten Kediri

Tangan kanan membawa keranjang gorengan. Sementara, tangan kirinya menggenggam sekantung kresek berisi cabai rawit. Dia berjalan menyusuri sebuah gang, melewati sejumlah sebayanya yang asyik bermain bola.

BACA JUGA: Grace PSI Yakin Roti Legendaris Madiun Bisa Bersaing di Luar Negeri

Setibanya di sebuah pusat perbelanjaan Jalan Pahlawan, Diovani mulai berkeliling pelataran lantai I menjajajakan dagangannya.

‘’Gorengan..gorengan,’’ kata bocah itu berulang kali untuk menarik minat pembeli. Dua jam kemudian, dia tampak duduk di sudut mal, menghitung lembaran rupiah dari tasnya.

Sudah sebulan terakhir Diovani berjualan gorengan. Itu dilakukan demi membantu orang tua membiayai pengobatan adiknya yang mengalami patah tulang.

Maklum, Sudarmaji ayahnya hanya tukang becak dengan penghasilan tidak menentu. Sementara, ibunya berjualan gorengan di rumah. ‘’Bapak ibu habis banyak untuk obati adik,’’ ujarnya polos.

Setiap harinya siswa kelas III SDN Pangongan 3 itu membawa sekitar 100 biji gorengan. Yang dijajakan mulai tahu, tempe, pisang, hingga singkong.

‘’Biasanya jualan dari jam 15.00 sampai 17.00. Kalau sepi sampai jam 20.00 malam,’’ kata Diovani sembari menyebut jika dagangan habis terjual bisa mengantongi pendapatan bersih sekitar Rp 100 ribu.

BACA JUGA: Bowo Nangisnya Lebih Kuat, Sandi Wajahnya Bulat

Ani, ibunya, sejatinya melarang Diovani berjualan. Selain tidak tega, dia tidak ingin buah hatinya tersebut kehilangan waktu bermain seperti sebanyanya.

Namun, bocah yang bercita-cita menjadi tentara itu memaksa dengan alasan ingin membantu dirinya. ‘’Mau bagaimana lagi,’’ ucapnya.

Lembaran rupiah yang didapatkan Diovani oleh Ani sebagian ditabung. Pun, dia berharap bisa memiliki gerobak untuk berjualan di sekitar rumahnya. ‘’Biar bisa jualan di pinggir jalan,’’ katanya. (dil/isd)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PSI Gelar Workshop untuk Calon Wirausahawan Muda Madiun


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler