Dipecat dari TVRI, Helmy Yahya Pamer Prestasi

Jumat, 17 Januari 2020 – 21:49 WIB
Helmy Yahya dipecat dari jabatan dirut TVRI. Foto: Boy/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Helmy Yahya membanggakan prestasinya selama lebih dua tahun menjadi direktur utama (dirut) Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Selain mendapat predikat laporan wajar tanpa pengecualian atau WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Helmy mengatakan TVRI di bawah kepemimpinannya dan lima direksi lain pernah menyabet BMN Award. Penghargaan untuk tata kelola barang milik negara.

BACA JUGA: 4 Alasan Dewas Memecat Helmy Yahya dari Jabatan Dirut TVRI

Raihan itu diperoleh setelah Helmy berbenah sejak masuk menjadi dirut TVRI November 2017. Awalnya, kata Helmy, ada sekitar masing-masing 200 kamera maupun laptop yang hilang.

Namun, ujar dia, dengan kondisi itu, dua tahun kemudian TVRI meraih BMN Award. “Itu pengelolaan terbaik untuk aset negara,” tegas Helmy dalam jumpa pers di salah satu restoran di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (17/1).

BACA JUGA: Helmy Yahya Kaget, Prestasi Dibalas Pemecatan

Menurut dia, dari ratusan instansi maupun kementerian/lembaga, serta badan-badan pemerintah yang diaudit atau auditee terkait pengelolaan BMN, TVRI terpilih sebagai yang terbaik kedua untuk satuan kerjanya 10 sampai 100. “Ini pencapaian luar biasa,” tegas Helmy.

Ia menambahkan, pengelolaan sumber daya manusia (SDM) juga dilakukan di TVRI di masa kepemimpinannya. Dia mengungkap, selama 15 tahun TVRI dimoratorium menerima pegawai negeri sipil (PNS). Tak pelak, kata Helmy, kondisi ini menyebabkan 72 persen pegawai TVRI usianya di atas 40 tahun. “Ini industri kreatif, bukan sekolah, bukan rumah sakit,” katanya.

BACA JUGA: Dipecat Dewas, Helmy Yahya Banggakan Laporan Keuangan TVRI

Dia menegaskan direksi lantas melakukan reformasi birokrasi di TVRI. Menurut dia, peningkatan disiplin, absensi, hingga penandatanganan pakta integrtas untuk tidak menyeleweng dan korupsi dilakukan. Hal ini menjadi syarat supaya tunjangan kinerja disetujui pemerintah.

Berkat perjuangan keras, kata dia, Presiden Joko Widodo alias Jokowi 30 Desember 2019 menandatangani keputusan presiden Nomor 89 Tahun 2019 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan LPP TVRI.

Ia mengatakan, kalau tidak ada aral melintang maka pegawai TVRI sudah menerima tunjangan kinerja pada 1 Februari 2020 nanti. “Dirapel 17 bulan karena dihitung dari Oktober 2018,” ujarnya.

Helmy juga memimpin TVRI melalukan perubahan program strategi. Mulai dari memperbaiki konten, kreatif, grafis, dan lainnya. Akhirnya TVRI yang awalnya berada di posisi juru kunci, kata dia, bisa menembus posisi nomor 11 dari 15.

“Dulu kami masuk, penonton TVRI 50 ribuan, tetapi di akhir saya (menjabat) 120 ribu. Dua kali lipat naik,” katanya. “Share sebelum kami masuk di bawah satu, sekarang 1,59 average per tahun. Sebenarnya di akhir tahun naiknya luar bisa. Ada Liga inggris, tim nasional, jelajah kopi dan lain-lain,” tambah Helmy.

Ia mengenang, pernah di satu masa, TVRI berada di nomor 9 dengan share 5,1 dari sebelumnya di bawah satu. Helmy mengatakan, dulu banyak orang bilang bahwa program apa pun di TVRI tidak ada yang menontong. Namun, ia bisa membuktikan TVRI ditonton orang. Salah satunya, kata dia, saat TVRI menayangkan laga final sebuah turnamen sepak bola antara Tim Nasional Indonesia melawan Malaysia.

“Top ten program hari itu TVRI nomor satu. Ini sejarah dalam dunia televisi TVRI nomor satu,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa TVRI bukanlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurutnya, TVRI adalah lembaga negara. “Ini televisi milik negara. Kami bertanggung jawab langsung di bawah presiden,” katanya.

Helmy juga mengklaim bisa pendapatan negara bukan pajak (PNBP) TVRI. Ia menjelaskan tahun lalu PNBP TVRI mencapai Rp 165 miliar. “Jadi, dua tahun ini sudah meningkat,” katanya.

Dia percaya bahwa pada 2020 ini, PNBP TVRI akan terus naik, mengingat akan banyak even besar seperti pilkada maupun olimpiade. Ia mengatakan TVRI menganut rezim PNBP dan rate mereka dibatasi.

Dia menjelaskan spot iklan TVRI selama 30 detik, baik itu di prime time atau bukan, dibatasi tidak kurang atau lebih Rp 2 juta. “Tidak boleh di bawah dan di atas itu,” katanya.

Helmy menambahkan di bidang teknik, juga sudah banyak perubahan. Dia menjelaskan dulu di Jakarta, gambar untuk saluran TVRI di televisi buram. Namun, kata Helmy, sekarang sudah kinclong. “Apalagi kalau nonton dari digital,” katanya.

Dia menambahkan, dulu peralatan TVRI juga disebut paling jadul (zaman dulu). Namun, ia menegaskan, sekarang TVRI salah satu televisi yang memiliki peralatan yang tecanggih di republic ini. Dia menyatakan punya 21 kamera canggih, peralatan di studio sudah ada yang LED dan hidrolik.

“Detik-detik proklamasi TVRI, debat capres TVRI, hampir semua acara kenegaraan koordinator produksinya TVRI,” jelasnya.

Menurut dia, TVRI juga melakukan rebranding. Tidak sekadar ganti logo, tetapi menumbuhkan semangat karyawan bekerja. “Ini luar biasanya. Orang mulai nonton, logo dikagumi. Karyawan sangat bangga sebagai karyawan TVRI,” ucap Helmy. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler