Direktur Perusahaan Alat Medis jadi Tersangka Kasus Penipuan Rp 7 Miliar

Selasa, 02 Februari 2021 – 14:43 WIB
Kasat Reskrim Polresta Banyumas Kompol Berry. Foto: ANTARA/Sumarwoto

jpnn.com, PURWOKERTO - Polresta Banyumas, Jawa Tengah, menetapkan tersangka kasus dugaan penipuan pengadaan barang berupa alat medis jenis Magnetic Resonance Imoging (MRI) dengan kerugian mencapai Rp 7 miliar.

"Kami telah menetapkan Ben (55) sebagai tersangka kasus dugaan penipuan dan penggelapan," kata Kepala Satreskrim Polresta Banyumas Kompol Berry saat dikonfirmasi wartawan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa (2/2).

BACA JUGA: 5 Tersangka Korupsi Rp 10,7 Miliar Dijebloskan ke Rutan

Berry mengatakan, penetapan tersangka tersebut dilakukan setelah pihaknya melakukan serangkaian penyelidikan dan gelar perkara kasus dugaan penipuan dan penggelapan itu.

Informasi yang dihimpun, Ben yang tercatat sebagai warga Duren Sawit, Jakarta Timur, merupakan direktur salah satu perusahaan alat medis di Jakarta.

BACA JUGA: Innalillahi, Pian Firmansah Warga Bekasi Tewas Dibacok, Kejadiannya di Jalan Anggrek 1

Ben diduga melakukan penipuan terhadap Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto (RSOP) dalam pembelian alat medis jenis MRI dengan kerugian mencapai kisaran Rp 7 miliar.

Kuasa hukum RSOP Purwokerto Arif Budi Cahyono mengatakan kasus dugaan penipuan dan penggelapan tersebut berawal dari pengajuan kredit yang dilakukan oleh kliennya, Nurbania Putri selaku Direktur RSOP.

BACA JUGA: Demokrat di Bawah AHY Bakal Dirongrong, Ingat Sejarah PPP, Golkar dan PKB

Dalam hal ini, Nurbania pada tahun 2017 mengajukan kredit ke Bank Mandiri Cabang Purwokerto sebesar Rp 10 miliar untuk pengadaan atau pembelian alat MRI tersebut.

Akan tetapi pengajuan kredit tersebut ditolak dan salah seorang oknum pegawai Bank Mandiri menyarankan Nurbania untuk membeli alat MRI tersebut melalui rekanannya di Jakarta dengan harga yang lebih murah, yakni Rp 7 miliar.

Terkait dengan hal itu, pihak Bank Mandiri bersedia mencairkan kredit sebesar Rp 4,8 miliar dan pihak RSOP menyediakan Rp 2,2 miliar guna membeli alat MRI tersebut.

"Namun setelah ditunggu hingga sekitar enam bulan, alat MRI tidak juga datang," kata Arif.

Selang beberapa bulan kemudian, kata dia, alat MRI yang dijanjikan Ben akhirnya datang namun ternyata mereknya tidak sesuai dengan perjanjian awal.

Bahkan setelah diteliti, lanjut dia, alat MRI tersebut ternyata merupakan barang bekas dan tidak memiliki izin legalitas.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihak RSOP akhirnya melaporkan kasus tersebut ke Polresta Banyumas.

"Kasus itu dilaporkan lantaran pihak RSOP sudah dirugikan selain alat MRI yang tidak bisa digunakan dan tidak memiliki izin legalitas, juga merupakan barang bekas serta sudah ada pencairan kredit di Bank Mandiri yang mencapai Rp 4,8 miliar," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler