jpnn.com, GRESIK - Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementan Andi Nur Alam Syah turun ke lapangan untuk memberikan solusi terhadap pengairan di Desa Padang Bandung, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik.
Dirjen Andi menemukan saluran irigasi di daerah ini memerlukan normalisasi dan perbaikan pada pintu air sungai Bengawan Solo yang menjadi sumber utama air di daerah tersebut.
BACA JUGA: Kementan Penuhi Kebutuhan Air Program PAT di Riau Lewat Bantuan Pompanisasi
”Masalah utama daerah ini adalah masa tanam yang hanya sekali setahun, padahal sumber air dari Bengawan Solo cukup besar," ungkap Dirjen Andi dalam keterangannya, Kamis (15/8).
Karena itu, Dirjen Andi bersama tim dari Kementerian Pertanian (Kementan), Dinas Pertanian maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) bersama mencari solusi agar air dapat mengalir ke lahan pertanian.
BACA JUGA: Antisipasi Darurat Pangan di Kalsel, Kementan Bangun Sinergisitas Program Upsus
"Terima kasih kepada BBWS dan semua pihak karena sudah memberikan ruang untuk kita dengan membuka pintu pintu air yang dibutuhkan untuk menanam,” ucap Dirjen Andi.
Pada hamparan wilayah Kabupaten Gresik ini terdapat sekitar 1.000 hektare terancam kekeringan yang berada di 3 kecamatan.
BACA JUGA: Bamsoet Apresiasi Kesiapan Kementan Realisasikan Program Makan Bergizi Prabowo-Gibran
”Aktivitas hari ini insyaallah bisa menyelamatkan seribu hektare untuk kita tanami dua tiga hari ke depan,” ungkap Andi
Dirjen Andi mengusulkan pemasangan listrik sebagai alternatif untuk pompa solar yang sudah ada.
Solusi ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja sistem irigasi dan memungkinkan pengairan hingga sekitar 1.000 hektare lahan yang mencakup tiga kecamatan di sekitarnya.
"Pompa sudah ada sementara kami siapkan pipanisasi untuk gravitasi air dari sungai. Untuk memastikan ketersediaan air yang cukup dan biaya efesien untuk seribu hektare lahan, kami menyarankan pemasangan listrik," ujar Andi.
Andi Nur berharap solusi ini dapat meningkatkan frekuensi tanam dari satu kali menjadi tiga kali dalam setahun.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produksi gabah kering panen hingga 6,4 ton per hektare.
Pemasangan listrik juga diharapkan mampu meningkatkan keandalan pompa, memastikan ketersediaan air sepanjang tahun, dan mengatasi kendala pengairan tadah hujan yang selama ini menjadi tantangan utama bagi para petani di desa tersebut.
"Dengan bantuan ini, para petani bisa meningkatkan frekuensi tanam dari satu kali menjadi tiga kali setahun, dengan produksi gabah kering panen mencapai 6,4 ton per hektare," pungkas Andi.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan program pompanisasi merupakan langkah cepat pemerintah dalam meningkatkan produksi nasional di tengah tantangan cuaca ekstrem El Niño.
Diketahui, kekeringan tahun ini memiliki dampak signifikan pada sektor pertanian, terutama dalam penurunan produksi pangan.
"Pompa menjadi solusi cepat untuk menghadapi El Niño, karena dapat membantu petani menanam dan berproduksi secara lebih cepat dan maksimal. Artinya, dari yang sebelumnya hanya bisa satu kali tanam, kini bisa menjadi tiga kali dalam satu tahun," ujar Mentan Amran beberapa waktu lalu. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi