jpnn.com, JAKARTA - Lembaga pendidikan didorong untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini dimaksudkan agar mereka langsung terserap oleh industri sehingga mengurangi pengangguran.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto menekankan di era revolusi industri 4.0 saat ini, lulusan harus sesuai dengan kebutuhan riil dunia kerja dan industri. Percuma jika lulusan hanya memegang ijazah tanpa kemampuan yang memadai.
BACA JUGA: Upaya Ditjen Vokasi Kemendikbud dan GreatEdu Tingkatkan SDM Desa Wisata
"Kita harus sediakan apa yang dibutuhkan industri meski ada ijazah ujian dan teori macam-macam, ya percuma kalau kita tidak menjawab kebutuhan," tegasnya dalam seminar daring 'Sukses Masa Depan Melalui Sarjana Terapan', Sabtu (30/1).
Dijelaskannya, saat ini ada dua jalur, yaitu vokasi dan akademik. Kedua-duanya sama-sama baik asalkan cocok dengan passion atau bakat dari anak didik. "Bakat kita itu bukan mencari ijazah, tetapi mencari ilmu yang cocok dan membuat kita bersemangat untuk maju apalagi digaji," tuturnya.
BACA JUGA: Ratusan Prodi Vokasi Tersedia di Jalur SNMPTN, Siswa Harus Teliti
Dengan passion itu, lanjut Wikan, seseorang akan bekerja di bidang yang membuatnya bahagia, sehingga secara otomatis akan sukarela mengembangkan dirinya tanpa paksaan. Mereka akan menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat.
Sarjana terapan yang merupakan pengembangan atau updgrade prodi D3 menjadi D4 akan menjadi solusinya. Program ini menjadi menu atau konsep pengembangan pendidikan vokasi yang sesuai dengan link dan supermacth, mulai jenjang SMK, D1 hingga doktor.
BACA JUGA: Siap-siap, Panglima Kerahkan 91.817 Personel dan Alutsista TNI
"Konsep kita adalah seluruh prodi D3 akan di-updgrade jadi D4 atau sarjana terapan. Ini untuk memenuhi kebutuhan supervisor lapangan dan produk designer yang sifatnya aplikatif, serta untuk menciptakan entrepreneur baru," terangnya.
Dengan adanya sarjana terapan maka Kemendikbud akan mendorong jenjang D2 yang akan diselaraskan dengan SMK melalui jalur cepat. Mereka akan mengisi kebutuhan industri khususnya untuk tenaga kerja di bidang teknis.
"Lulusan D2 akan kami perbanyak, kami 'nikahkan' dengan SMK, jalur cepat, untuk keperluan teknis. Artinya kita nanti butuh lebih banyak lulusan D2," katanya.
Sedangkan untuk mengembangkan D3 menjadi D4 atau sarjana terapan juga bukan sekadar MoU dan masuk media. Namun, syaratnya adalah memiliki rekam jejak sudah berhasil link and match dengan beberapa DUDI yang bereputasi.
"Yang ingin kami ciptakan lulusan yang memiliki kompetensi. Tidak ada gunanya D4, kalau lulusannya hanya punya ijazah tetapi enggak kompeten," ucapnya.
Kompeten yang dimaksud adalah bekal kemampuan kognitif, sofskills dan integritas. Kognitif maksudnya selain memiliki IPK relatif tinggi, juga punya sertifikasi kompetensi, ijazah dan transkrip. Kemudian softskills meliputi commucation, leadership, problem solving, english presentation, critical thinking, creatifity dan lainnya.
"Kemudian memiliki integritas, yaitu jujur, pekerja keras, syukur dan ikhlas, karakter pemenang, menginspirasi, sehat dan mencintai bangsanya," katanya.
Nah, yang membedakan D4 dan S1 biasa adalah dalam pembelajarannya D4 akan mendapatkan 40 persen teori dan 60 persen sisanya praktik.
"Kalau S1 biasa lebih ke teori karena kemampuannya nanti lebih ke analitical thinking," pungkasnya.(esy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad