SURABAYA- Usia pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Perak yang merupakan cikal bakal pembangkit listrik di Jawa Timur tinggal menghitung hariDirut PLN Dahlan Iskan memutuskan untuk ‘’membunuh’’ pembangkit yang berusia hampir setengah abad itu.
Kemarin sore, Dahlan meninjau ke sana
BACA JUGA: Danamon Bagi-bagi Hadiah Lagi
Yang menarik, PLTU yang didirikan pada 1964 itu seharusnya menggunakan batubaraBACA JUGA: Pengadilan Tunjuk Pengurus Aset Mandala
Karena ’’salah minum’’ itulah, pembangkit listrik unit I dan II berkapasitas 25 x 2 MW itu, setiap hari menghabiskan solar sekitar 200 kilo liter (KL)Meski demikian, turbin dan generatornya masih difungsikan dan akan diangkut ke PLTU di Riau
BACA JUGA: IHSG Tunggu Data Bursa Global
’’Karena pembangkit ini sudah terlalu tua, kami pindahkan turbin dan generatornya ke RiauDi sana masih membutuhkan, dan kebetulan masih bisa digunakan,’’ kata Dahlan.Di Tanjung Perak, terdapat empat unit PLTU, tapi diberi ’’minum’’ solarUntuk unit III dan IV yang berkapasitas 50 x 2 MW yang sudah berusia 32 tahun, hingga sekarang masih beroperasiDahlan menganjurkan agar seluruhnya ’’dibunuh’’Namun, Indonesia Power, anak perusahaan PLN yang mengoperasikan pembangkit tersebut telah mempersiapkan untuk menjadikan PLTU itu sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
PLTU Tanjung Perak dinilai borosSetiap hari, pembangkit listrik itu menghabiskan BBM sebanyak 550 KLSeandainya pembangkit yang menggunakan BBM itu diganti dengan PLTU, PLN bisa menghemat Rp 7 triliun per tahun
’’Kalau mau dipertahankan dengan alasan karena cikal bakal pembangkit listerik di Surabaya, apa untungnya dibandingkan dengan pemborosan sekian besar tiap tahunKan rugi besar bila dipertahankan,’’ ujar DahlanNamun, khusus unit III dan IV, ada kemungkinan tetap dipertahankan, bila dialihkan menjadi PLTG’’Kalau bisa diganti dengan tenaga gas, saya juga setuju untuk dipertahankan,’’ ujar kakek lima cucu tersebut(din)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Listrik Industri RI Paling Murah se-Asia
Redaktur : Tim Redaksi