jpnn.com - JAKARTA - Persatuan Nasional Aktivis (PENA) 98 menggelar diskusi interaktif 'Refleksi 25 Tahun Reformasi' bertajuk 'Kami Tidak Pernah Lupa Siapa Pelakunya' di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, Jumat (12/5).
Diskusi menghadirkan pembicara pengacara Forum Kota (Forkot) 98 Saor Siagian, aktivis Forkot Batara Imanuel, Komisioner Komnas HAM Suarlin Siagian dan keynote speaker Rektor UKI Dhaniswara K Harjono.
BACA JUGA: PENA 98 Tolak Capres Pelanggar HAM dan Pelaku Politik Identitas, Sebut 2 Nama Beken
Dalam sambutannya Dhaniswara mengatakan reformasi 98 banyak mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Namun, tugas belum selesai. Mari sama-sama direnungkan agar sesuai dengan UUD 1945, rakyat adil dan makmur dapat menjadi kenyataan," ujar Dhaniswara.
BACA JUGA: Pena 98 Pasang Baliho Raksasa Dukung Ganjar Capres 2024
Sementara itu anggota PENA 98 yang menjadi moderator pada diskusi kali ini Fendy Mugni mengatakan tepat pada hari ini 25 tahun lalu, ada 4 orang mahasiswa Trisakti meninggal demi cita-cita Indonesia yang lebih baik.
Selain itu, ada banyak perempuan Indonesia yang diperkosa. Untuk itu dia mengajak para peserta diskusi yang hadir untuk mengheningkan cipta sejenak.
BACA JUGA: Sekjen Kemnaker Sebut ASEAN Dorong Reformasi Kebijakan Perekrutan Pegawai ILO
"25 tahun sudah reformasi berlalu, 25 tahun sudah rezim diktator Soeharto tumbang, pascakejatuhan Soeharto harapan tumbuh, ada sekian banyak partai yang tumbuh."
"Ada sekian banyak media yang tumbuh tanpa harus takut dibredel kalau mengkritisi pemerintah, ada sekian banyak kesempatan lain yang bisa dirasakan sekarang," ucapnya.
Fendy juga mengatakan saat ini setiap orang yang bukan anak siapa-siapa punya kesempatan untuk menjadi pemimpin di Indonesia.
"Jadi, ini adalah buah dari reformasi, suka enggak suka ini realitanya," kata Fendy.
Sementara itu aktivis 98 Batara Imanuel Sirait memaparkan betapa beratnya perjuangan para mahasiswa untuk melahirkan reformasi 1998.
Sebagai mahasiswa dari Fakultas Kedokteran UKI, Batara ketika itu tidak hanya sekadar turun ke jalan untuk menggelar aksi.
Dia juga turun ke jalan untuk menolong para mahasiswa yang mengalami luka-luka akibat bentrok dengan aparat keamanan.
Dia mengisahkan mereka menyulap mobil rongsok menjadi sebuah ambulans.
"Jangan-jangan itu ambulans paling propduktif, paling banyak berjasa selama perjuangan mahasiswa 98," ucapnya.
Batara juga memaparkan saat bertugas di IGD RS UKI, mereka mengganti identitas mahasiswa yang dirawat untuk menghindari pemeriksaan dari aparat.
"Misalnya, kami tulis jadi Agus H. Diganosis digigit anjing, supaya tidak mungkin di-trace sama aparat. Begitu kejadian waktu itu," kata Batara. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beri Dukungan, Adian Sebut Honorer Satpol PP Ingin UU Dijalankan, Bukan Minta Rubicon
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang