BACA JUGA: Puyol Penasaran dengan Sneijder
Sudah harganya sangat mahal, makan dan minum di atas pesawat harus bayar, eh..BACA JUGA: Jamaah Berkalung Syal Jerman
Pesawat yang sedianya berangkat pukul lima sore harus tertunda sekitar dua jam.Dua jam lumayan lama karena sama saja dengan durasi pertandingan sepak bola
BACA JUGA: Mendua antara Jerman dan Spanyol
Ya, Saya harus membuat tulisan Kamis malam karena Jumat pagi (9/7) saya sudah harus berangkat liputan ke markas Spanyol di Potchefstroom yang memakan waktu dua jam perjalanan darat.Beruntung, di tengah menunggu selama dua jam itu, saya bertemu dengan Effendi GhazaliPakar komunikasi dan bisnis yang terkenal lewat acara Republik Mimpi itu menjadi teman ngobrol maupun diskusi bolaEffendi tengah dalam perjalanan pulang ke Indonesia setelah 15 hari berada di Afrika Selatan (Afsel)Dua hari terakhir, dia menghadiri seminar jurnalistik yang diselenggarakan FIFA di Port Elizabeth.
"Aku sudah tidak betah lagi di siniKangen sama anakku yang masih kecil," katanya kepada Jawa Pos di awal obrolan.
Setelah berbasa-basi seputar latar belakang kehadiran masing-masing di Afsel, obrolan memasuki tema tentang Piala DuniaYang paling hangat tentu saja kegagalan Jerman di semifinalEffendi yang pengamat sepak bola nasional itu menyoroti kekalahan Tim Panser - sebutan Jerman - tak lepas dari absennya Thomas MullerBintang muda Bayern Munchen itu absen karena akumulasi kartu.
Peran Muller yang telah mengemas empat gol di Piala Dunia, lanjut Effendi, tidak bisa ditutup dengan baik oleh Piotr Trochowski maupun Toni KroosTrochowski maupun Kroos tercatat hanya sekali memiliki peluangAlhasil, serangan Jerman yang biasanya dimotori Muller dengan Mezut Ozil dan Lukas Podolski melempem saat melawan Spanyol.
"Trochowski itu sudah gemuk, gerakannya juga tidak selincah MullerKroos sekali memiliki peluangTapi, tendangannya datar saja, sehingga bisa diblok Casillas (Iker Casillas kiper Spanyol, Red)," kata Effendi yang menonton langsung pertandingan di Stadion Durban itu.
Terkait final Spanyol versus Belanda, Effendi yang dosen di Universitas Indonesia itu melihat peluangnya fifty-fifty"Belanda merupakan tim paling jahilBrazil saja bisa terprovokasi dan kalahKalau Spanyol terpancing, Spanyol bisa bernasib sama dengan Brazil," ulas Effendi yang sebenarnya ngefans dengan Brazil itu.
Selain Piala Dunia, obrolan juga menyinggung tentang kondisi sepak bola nasional, khususnya seputar PSSI dan ketua umumnya Nurdin HalidEffendi masih memendam kekesalannya terkait hasil KSN (Kongres Sepak Bola Nasional) di Malang, 30-31 Maret laluAjang yang sedianya diplot untuk menggulingkan Nurdin Halid dari jabatannya itu, kata Effendi, akhirnya hanya berubah tak ubahnya seminar biasa(*/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penarik Rickshaw Gila Foto
Redaktur : Tim Redaksi