Djarot dan Nusron Hadiri Isra Mikraj Keluarga Besar NU

Senin, 03 April 2017 – 22:49 WIB
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat memberikan sambutan di acara isra mikraj bersama keluarga besar NU di Jakarta Barat, Senin (3/4) malam. Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (NU) Jakarta Barat menggelar peringatan isra mikraj Nabi Muhammad SAW dan istigasah Islam Nusantara di Saung Rawa Lele Jl Peta Barat No 33, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (3/4) malam.

Hadir dalam acara itu calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan tokoh muda NU yang juga Koordinator Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah Indonesia I (Jawa dan Sumatera) Nusron Wahid.

BACA JUGA: Anies: Kebinekaan Tak Perlu Diperjuangkan

Ribuan massa NU yang hadir memadati lokasi acara yang dimulai dengan pembacaan tahlil. Hadir juga sejumlah tokoh dan ulama NU Jakarta Barat, di antaranya KH Muchtar Ghozali (Cengkareng) KH Amin Kadaung (Tegal Alur), KH Salwan (Kapuk), Kiai Sirodj Ronggalawe, Kiai Endang Ahmad Syah, KH Muhammad Ali, dan KH Mahfud.

Dalam sambutan usai pembacaan tahlil, Nusron mengatakan, silaturahmi yang dilakukan dalam kegiatan ini bukan untuk provokasi, tapi menyampaikan apa yang perlu diketahui oleh warga nahdliyin bahwa pasangan calon yang paling berpihak kepada kaum nahdliyin adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Basuki-Djarot).

BACA JUGA: Brigade Beringin Salurkan Semangat Pilkada Damai di DKI

"Kalau ada orang NU, ngapain milih yang lain dalam Pilkada. Dan Pak Djarot ini orang Jawa Timur yang NU tulen maka ayo pilih pasangan nomor urut dua," ujar Nusron di depan jemaah.

Nusron mengatakan, kalau Basuki-Djarot menang dalam Pilkada DKI, dipastikan nanti sekolah dan madrasah NU yang saat ini kondisinya kurang baik akan dibantu. Kemudian, mereka yang saat ini belum mendapatkan beasiswa juga akan diberikan pada kepemimpinan Basuki-Djarot ke depan.

BACA JUGA: Spanduk Jakarta Bersyariat Bertebaran, Hoaks?

Keberpihakan Basuki-Djarot terhadap kaum nahdliyin dan umat muslim secara umum juga bisa dilihat dalam berbagai kebijakannya.

"Oleh Pak Djarot, makam ulama dilestarikan. Makam Mbah Priok sudah dijadikan cagar budaya religius. Dan makam para ulama di Betawi semua dilestarikan, ziarah lebih nyaman," imbuh Nusron.

Nusron juga mengingatkan bahwa Ahok-Djarot punya program KJP Santri. Dengan KJP Santri, anak orang Jakarta meski nyatri di pulau Jawa seperti Jombang, Kudus, Situbondo, Sukabumi, Banten dan daerah lainnya akan dapat KJP Santri dari pasangan Basuki-Djarot.

Nusron Wahid saat memberikan sambutan dalam peringatan isra mikraj bareng keluarga besar NU di Jakarta Barat. Foto: source for JPNN.com

"Supaya tradisi taklim tak berhenti. Dalam Islam, tak semua harus berperang dan mencari nafkah. Harus ada satu golongan yang tafakkur fiddin, agar nanti kalau pulang dari mondok bisa merawat umat. Mereka inilah santri-santri yang kini diperhatikan Pak Djarot," pungkas Nusron.

Sementara Djarot Saiful Hidayat dalam sambutannya mengatakan, sebenarnya Pemda DKI sudah menjalankan KJP Santri khusus bagi warga Jakarta yang mondok di luar Jakarta. Yakni yang tidak mampu atau membutuhkan biaya maka bisa dapat KJP Santri, di manapun mondoknya.

"Sekarang sedang kami data pondok mana saja yang menerina santri dari Jakarta. Sehingga punya hubungan dan kaitan dengan pondok pesantren yang bersangkutan. Ini perlu disampaikan karena kami ingin santri mondok di pesantren yang mengajarkan Islam rahmatan lil alaniin. Kami tak mau mondoknya di tempat yang mengajarkan Islam garis keras, fundamentalis, ISIS dan yang sejenisnya," kata Djarot.

"Ini bukan diskriminasi tapi karena kami ingin di Indonesia ini Islam yang menyatu dan Bhinneka Tunggal Ika," tambahnya.

Djarot juga menegaskan, bahwa garis perjuangan yang dibangunnya sejak dulu adalah di jalan NU. Yakni di jalan Islam yang Pancasilais. "Ini negara Pancasila. Jalan merawat Bhinneka Tunggal Ika untuk menciptakan dan merawat NKRI berdasarkan UUD 1945. Meski banyak tantangan, tapi saya yakin ini jalan kebenaran yang membawa faedah bagi bangsa Indonesia," tegas Djarot.

Sedangkan Ketua Panitia Ustaz Haji Agus Salim mengatakan, kalau NU tradisinya membaca selawat dan memperingati maulid nabi, isra mikraj dan lain-lain. "Kalau enggak selawat dan enggak maulidan, bukan NU namanya. NU itu mengedepankan Islam rahmatan lil alamin. Islam yang toleran dan tidak membawa kekerasan," ujar Agus. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fakta, Pilih Gubernur karena Agama


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler