jpnn.com, JAKARTA - Pengamat sosial dan hukum Yukie H Rusdhie menilai, pengusiran terhadap calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat oleh sejumlah orang dari acara haul Supersemar di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Sabtu (11/3) lalu merupakan hal yang patut disesalkan.
Pasalnya, memperkuat indikasi tren kemerosotan pemahaman demokrasi di negeri ini.
BACA JUGA: Biaya Terbatas, Anies Tak Mampu Sewa Buzzer
"Seharusnya, siapapun harus bisa membedakan konteks politik dan non-politik. Silakan usir Djarot, kalau memang terdapat bukti atau tanda-tanda dia memanfaatkan acara tersebut sebagai ajang kampanye," kata Yukie saat dihubungi, Senin (13/3).
Menurut Yukie, bila tidak ada kampanye, maka sikap para jemaah yang melakukan pengusiran itu justru malah berpotensi memerosotkan reputasi kompetitor Djarot di arena Pilgub DKI Jakarta.
BACA JUGA: Lulung: Saya Sudah Lama Minta Dipecat Djan Faridz
Pasalnya, opini masyarakat bakal mengerucut pada satu kesimpulan seolah-olah aksi kurang simpatik tersebut ditunggangi oleh kepentingan lawan politik Djarot.
"Ujung-ujungnya, tindakan semacam begitu malah berujung pada kemerosotan simpati publik terhadap lawan politik Djarot, sekaligus mendongkrak rasa simpati masyarakat terhadap Djarot sendiri," ujar Yukie.
BACA JUGA: Anies Akan Bikin Jakarta Kembali Bersatu, Jika Terpilih
Yukie mengingatkan, kerap strategi menempatkan diri sebagai pihak yang terzalimi menjadi jurus efektif untuk menjaring simpati publik.
Maka, demi pertumbuhkembangan kehidupan demokrasi, lebih berhati-hatilah dalam mengumbar fanatisme.
"Karena, di kancah politik dan demokrasi, fanatisme itu lebih baik dilampiaskan di bilik suara, bukan di forum undangan atau apapun," pungkas Yukie. (prs/rmol)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anies Baswedan: Kami Lebih Cool
Redaktur & Reporter : Adil