jpnn.com, JAKARTA - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mengharapkan Jakarta akan bertambah kuat dengan Islam yang rahmatan lil alamin, memberikan rahmat dan kesejahteraan bagi semua.
"Islam itu sejuk penuh kasih dan sayang. Merangkul bukan memukul. Ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah adalah ciri ajaran dari rasulallah yang ditanamkan kepada saya dari kecil. Juga ukhuwah basariah terhadap sesama karena kita manusia," ujar Djarot dalam 'Silaturrahmi Kebangsaan' bersama Para Khatib dan Simpul Masyarakat Madura se-DKI untuk Gubernur DKI Pelayan Warga dan Umat Islam DKI, di Nam Center Hotel Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (26/3).
BACA JUGA: Masyarakat Dijejali Informasi Salah Mengenai Reklamasi
Silaturahmi ini dihadiri juga pakar ekonomi Imam Sugema, tokoh agama KH. Lora Fathurt Zubair Mononthazor yang merupakan cicit pendiri NU KH Kholil Bangkalan, dan sejumlah tokoh masyarakat Madura. Kegiatan ini juga diikuti 40 kiai dari Forum Khotib seperti KH Jaelani AB, KH Achamad Muntaha, KH Sahal, dan 65 perwakilan Simpul Madura se-DKI Jakarta.
Pada kesempatan tersebut Djarot juga menambahkan, pada bulan April nanti akan diresmikan sebuah masjid besar di wilayah Jakarta Barat dan diberi nama Masjid Raya KH Hasyim Asyiari. Kemudian nanti, juga akan dibangun Masjid Raya KH Ahmad Dahlan di Jakarta Selatan agar dapat bersanding satu sama lain.
BACA JUGA: Djarot Berpeci, Tim Anies: Kenapa Baru di Putaran Dua?
"Sekarang sudah ada dua masjid raya di Jakarta, yakni Mashid Istiqlal di Jakarta Pusat dan Islamic Center di Jakarta Utara. Maka, saran Gus Sholah harus dibangun lagi Masjid di Jakarta Timur dan akan diberi nama Masjid Raya HOS Tjokro Aminoto," ujar Djarot.
Dalam pertemuan tersebut KH Lora Fathur Rozi Zubar menyatakan, betapa saat ini paham garis keras dan wahabi sudah berkembang luas di DKI Jakarta.
BACA JUGA: Tim Pemenangan: Gak Perlu Lawan Isu SARA Dengan Kopiah
"Bagaimana masjid yang dulunya dikuasai dan menjadi tempat ibadah bagi Nahdliyin maupun Muhammadiyah kini dikuasai oleh kaum wahabi dan Islam garis keras. Sekarang harus dibuka. Biar semua warga nahdliyin bisa masuk masjid dan ibadah di semua masjid. Biar masjid bisa dipakai untuk menyampaikan Islam rahmatan lil alamin dan islam nusantara dan bisa menyatu dengan akar budaya Indonesia," terangnya.
Sementara KH Jaelani AB juga mengatakan bahwa NU tidak berpolitik dan lahir sebagai antitesa wahabi. Oleh sebab itu, Pemprov DKI akan bekerja sama dengan NU serta Muhammadiyah memakmurkan masjid sekaligus membangun pembinaan agama bagi masyarakat, dan marbot masjid akan diberangkatkan naik haji atau umroh.
Di tempat yang sama, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri sangat memberi perhatian dan memiliki kedekatan yang kuat dengan ulama NU, dan juga masyarakat Madura yang hampir semuanya adalah nahdliyin.
"Ibu Mega membela semua umat. PDI Perjuangan sangat dekat dengan umat Islam. PDI Perjuangan memiliki Baitul Muslimin dengan visinya mewujudkan Islam Nusantara yang berkemajuan untuk Indonesia Raya. Sayap Partai tersebut bertugas membangun persaudaraan dengan organisasi muslim," kata Hasto.
Dia juga mengatakan, PDI Perjuangan sangat dekat dan menjalankan gagasan dari cendekiawan muslim Nurcholis Madjid. "Pak Djarot juga berasal dari keluarga NU yang kental, sangat dekat dalam pergaulan luas NU," tukasnya.
Hasto juga menyampaikan tentang gagasan Trisakti Bung Karno. Atas dasar semangat mewujudkan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan, maka Ibu Mega memerintahkan anggota DPR RI dapil Madura untuk mengadakan kongres kebudayaan Madura.
Kemudian Hasto bercerita kepada para ulama dan tokoh-tokoh Madura se-DKI itu tentang kedatangan Ahok ke kediaman almarhum Nurcholish Madjid (Cak Nur) beberapa waktu lalu. Saat itu Omi Komaria-istri almarhum- menyerahkan Ensiklopedi Nurcholish Madjid sebanyak 4 jilid.
Eksiklopedi ini memuat gagasan keislaman, keindonesiaan dan kebhinekaan. Pemberian itu merupakan simbol kepercayaan keluarga dan murid-murid Cak Nur kepada Ahok-Djarot yang didukung PDI Perjuangan untuk melanjutkan dan terus mengembangkan semangat keislaman yang inklusif, ramah, harmonis dengan kebhinekaan dan mengedepankan kebersamaan dan kemaslahatan bangsa Indonesia. "Keragaman itu indah, takdir kehidupan dan kehendak Tuhan", ujar Hasto.
Di ujung acara, KH Lora Fathur Zubair Muntashor putera Kiai Zubair Muntashor, pengasuh Pesantren Nurul Kholil Bangkalan memberikan mauidzah hasanah (nasihat kebaikan). Sebelum menutup acara dengan do'a meminta Hasto berdiri: "Pak Hasto saya ingin anda jadi saudara saya. Saudara sebangsa," ungkapnya. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Ahok-Djarot: Calon Lain Jangan Geer dong
Redaktur & Reporter : Adek