jpnn.com, JAKARTA - Phenomenologist dan Dokter Estetik, dr. Abelina D Fitria MM, MARS, Dpl AAAM, mengungkapkan 6 efek negatif platform media sosial TikTok bagi generasi muda yang meliputi generasi Z, Alpha, dan X, serta baby boomers (remaja dan orang tua.
Dampak negatif pertama, TikTok kerap menjadi sumber informasi sesat yang tidak dipertanggungjawabkan kebenarannya.
BACA JUGA: Aduh, TikTok Dikabarkan PHK Ribuan Karyawan, Kenapa?
"Pengguna terkategori vulnerable (polos atau rentan) biasanya akan menelan informasi bulat-bulat tanpa melakukan cross-check. Lalu, langsung ikut menyebarkan tanpa memikirkan beban konsekuensi dari perbuatannya," kata Abelina dalam keterangannya, Sabtu (7/1).
Dokter lulusan Universitas Pelita Harapan ini menambahkan kasus paling banyak yang dia temukan adalah tren perawatan kulit. Contohnya memakai micin sebagai perawatan kulit, pakai odol untuk jerawat, dan lainnya.
BACA JUGA: TikTok Dituntut Oleh Sejumlah Orang Tua
"Hal tersebut tidak masuk akal, tetapi karena user-nya polos, tidak kritis, jadinya diikuti saja tanpa berpikir panjang," tutur Abelina.
Dampak negatif kedua adalah memperpendek attention span. Penelitian Dr. Julie Albright menyebutkan tampilan TikTok sengaja didesain untuk melakukan swipe dalam jangka panjang membuat users terbiasa melihat video pendek.
BACA JUGA: Apple dan Google Diminta Mendepak TikTok
Penelitian per 2021, rata-rata attention span users TikTok adalah 21-34 detik, sedangkan 3 detik pertama video adalah penentu akan ditonton atau tidak.
Dokter yang mengantungi diploma American Association of Aesthetic Medicine (AAAM) itu mengatakan hal itu memperburuk poin 1 karena menonton video tidak selesai, informasi yang disampaikan jadi salah lalu disebarkan.
"Dari penelitian juga dikatakan interface TikTok memicu dopamine receptor pada otak yang membuat users-nya kecanduan,” tukasnya.
Kondisi tersebut buruk untuk masa depan pemikiran kritis yang dibutuhkan untuk kemajuan manusia sebagai spesies.
Mudahnya membuat akun Tiktok, kata Abelina, mengaibatkan efek negative ketiga berupa Cyberbullying. Akun-akun palsu dibuat untuk melakukan penghinaan atau trolling, dan ujungnya perundungan terhadap pihak lain.
"Saya mengalami sendiri cyberbullying terparah seumur hidup saya yang diakibatkan informasi sesat, marketing stunt gagal dan tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Dampak negatif keempat, lanjut dr Abelina, TikTok mengubah pola pikir generasi muda dan tua. Ini membuat users merasa bawa sukses adalah hal yang gampang.
"Mereka merusak makna asli dari ‘work smarter, not better’. Banyak sekali generasi muda yang berhenti sekolah karena berpikir bisa mencari uang dari TikTok dan seramnya lagi mereka adalah anak-anak which leads to my next point,” paparnya.
Dampak negatif kelima dan paling serius, kata dia, TikTok menjadi sarang predator dan ch*ld por*ography (CP).
“Silakan di-googling dengan kata kunci ‘tiktok predator cp’. Hasilnya bikin shocked, bahkan aplikasinya sendiri merekomendasikan konten cp," ungkapnya.
Efek negatif keenam adalah TikTok melahirkan banyak bintang dengan star syndrome karena ketenaran yang diperoleh secara instan.
Dengan algoritma TikTok yang acak, banyak sekali pekerja produktif yang berhenti kerja untuk menjadi full timer TikToker hanya untuk kehilangan aspek viral beberapa tahu atau bulan kemudian.
"Jadinya seperti judi," kata wanita yang mengantungi S2 Master of Business Administration dan Magister Administrasi Rumah Sakit. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh