jpnn.com - LABORATORIUM FKH Unair terus bekerja keras mengungkap kematian satwa-satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Yang terakhir adalah kematian mencurigakan satu komodo kemarin (1/2). Beberapa organ hewan purba itu pun diteliti dan diuji.
Organ yang diujikan, antara lain, limpa, usus, empedu, ginjal, dan hati. Uji yang diminta tersebut adalah histopatologi yang berkaitan dengan penyakit serta toksikologi yang berhubungan dengan adanya barang berbahaya seperti racun. ''Kami juga mengirim sampel darah ke sana," imbuhnya.
Sementara itu, drh Thomas, salah seorang dokter dari FKH Unair yang ikut mengotopsi, mengatakan bahwa lidah komodo terjulur itu lumrah. Dia menyebutkan, lidah komodo memang panjang. ''Tak mengherankan bila lidahnya keluar," sebutnya.
Yang juga menjadi perhatian dokter adalah organ lain komodo yang keluar. Tapi, drh Thomas menyebut itu bukan kelamin. Yang keluar adalah rectum. Itu merupakan organ terakhir usus besar pada beberapa jenis mamalia yang berakhir di anus. ''Kondisi fisik yang mencolok adalah keluarnya rectum," ungkapnya.
Tetapi, dia tak bisa secara langsung memastikan bahwa keluarnya rectum itu merupakan penyebab kematian komodo. Harus ada penelitian lebih lanjut agar penyebab kematian bisa dipastikan.
Pada saat otopsi komodo berjalan, polisi dan dokter hewan dari Unair juga diberi kabar tentang kematian seekor rusa bawean. Rusa tersebut baru saja menjalani amputasi untuk mengambil kaki kiri depan yang patah. Hewan itu masuk karantina pada 29 Januari lalu.
Humas PDTS Agus Supangkat menyebutkan, rusa berusia sekitar tujuh tahun tersebut semula ditempatkan di kandang. Kaki rusa itu patah karena berusaha melompati kandang. "Setelah diketahui kakinya patah, rusa langsung dibawa ke klinik. Tapi, tadi pukul 07.00 diketahui sudah mati," ujarnya.
Rusa itu diduga mati karena komplikasi pascaoperasi. Setelah berembuk dengan pengurus KBS, dokter hewan Unair dan polisi sepakat untuk menganggap bahwa kematian rusa tersebut wajar. Dengan begitu, organ rusa itu tak diperlakukan seperti kematian komodo yang ditangani dengan cepat dan segera dibawa ke Laboratorium FKH Unair. (idr/eko/jun/mas)
BACA JUGA: Kematian Komodo Disebut-sebut Terkait Penertiban PKL di KBS
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komandan Tanggap Bencana Kemungkinan Disanksi
Redaktur : Tim Redaksi