Doktor Asal Jombang Menangkan Kompetisi Teknologi Militer

Selasa, 26 Agustus 2008 – 08:34 WIB
Dr Subchan

Ratusan warga Indonesia menikmati suasana perayaan 17 Agustus di rumah dinas duta besar di London hari minggu laluLontong, sate ayam, nasi uduk dan sajian musik, dari pop hingga dangdut menyemarakkan suasana

BACA JUGA: Andreas: Aku Paparkan Fakta, Selanjutnya Terserah Anda...

Suasana Minggu musim panas iini makin meriah dengan kehadiran Eko Patrio, Ulfa Dwiyanti, dan Titi Kamal.

NURANI SUSILO, London

DI
Swindon, kota kecil yang berjarak sekitar dua jam berkendara dengan mobil dari London, juga ada persembahan kado istimewa untuk bangsa Indonesia.  Salah satu putera terbaiknya, Dr Subchan, peneliti di Cranfield University, Shrivenham Campus di Oxfordshire, Inggris bersama timnya dinyatakan sebagai pemenang Minister of Defence  (MoD) Grand Challenge
Ini adalah lomba bergengsi untuk mencari teknologi terapan di dunia militer yang diselenggarakan Kementerian Pertahanan Inggris.
Subchan, pria yang lahir dan besar di Jombang, Jatim ini, bersama Team Stellar mengembangkan Saturn (Sensing and Autonomous Tactical Urban Reconnaissance Network)

BACA JUGA: Amien Rais Diminta Maju

Semacam robot yang berfungsi mendeteksi ancaman musuh
Tentunya ini bukan sembarang robot

BACA JUGA: Pengusaha Kecelakaan yang Sukses

Ini adalah robot terpadu yang memiliki tiga komponen, baik di darat maupun udara, yang bisa mengidentifikasi kekuatan dan posisi musuh di medan pertempuranTim Stellar adalah gabungan antara Cranfield University, Stellar Service Ltd, Blue Bear System Ltd, SELEX Sensors, dan Airborne System Ltd, TRW Conekt, dan Marshall Specialist Vehicles.
''Robot ini bisa menggantikan manusia untuk mengintai kekuatan dan posisi musuh, tanpa berisiko terlihat atau diketahui lawan,'' jelas Subchan yang lulusan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) jurusan Matematika tahun 1994 itu kepada Jawa Pos
Karena keunggulannya itu yang mungkin menyebabkan Subchan dan Team Stellar unggul dibandingkan peserta lomba yang lainAndy Wallace, perwira militer dari Departemen Pertahanan Inggris mengatakan, pihaknya ingin mendapatkan produk teknologi yang membuat misi prajurit di medan tempur semakin aman''Kami ingin tentara yang bertugas di lapangan makin aman dan keselamatan mereka terlindungi,'' kata Wallace kepada stasiun televisi BBC
Dalam konteks perang modern, lanjutnya, produk teknologi seperti yang dikembangkan Subcham dan timnya memang sangat relevanMedan yang asing dan sulit, membutuhkan piranti yang bisa sangat membantu prajurit tempur.
Robot yang dikembangkan Team Stellar ini terdiri atas dua pesawat kecil dan satu kendaraan daratSemuanya tanpa awakWahana ini dilengkapi dengan sensor radar, panas, dan visualUntuk menyelaraskan kerja ketiga robot ini, dan sekaligus menganalisis hasil yang didapat, dibuat semacam pusat mengendali terpadu. 
Kepada Jawa Pos Subchan memaparkan,  tiga komponen robot yang dikembangkan Team Stellar itu punya fungsi sendiri-sendiri yang saling menunjangPertama, pesawat tanpa awak yang terbang tinggiAlat ini berfungsi memetakan wilayah dan mengetahui medanPesawat ini bisa mendeteksi kendaraan militer; tank, bahkan sniper (penembak jitu) lawan.  Namun, untuk bom pesawat, alat ini tidak bisa mendeteksi secara akuratItulah sebabnya dibuat robot kedua dan ketiga berupa pesawat tanpa awak yang terbang rendah dan satu robot darat (ground vehicle)Kedua robot terakhir ini lebih berfungsi untuk mengecek atau melakukan verifikasi terhadap temuan pesawat pertama yang terbang tinggi .
Subchan, yang menempuh master bidang applied matematics S2 di Delf University of Technology di Belanda pada 1998-2000 ini terlibat di bagian desain dan pengembangaan kendaraan udara dan darat tanpa awak''Ini memang pekerjaan yang sangat menguras  tenaga dan otak,'' ungkap pria kelahiran Jombang Mei 1971 itu. 
Dia menceritakan, proyek robot militer ini dimulai sekitar pertengahan tahun 2007Selama kurang lebih setahun, Team Stellar yang menggabungkan beberapa perusahaan pertahanan dan Cranfield University itu mengembangkan dan mengujicoba Saturn di lapanganUjicoba dilakukan di beberapa tempat di Inggris, antara di Inggris barat dan timur.
”Proyek ini membuat saya sering ke lapangan dan menghabiskan waktu di alam terbukaKadang selama berhari-hari menyempurnakan Saturn,'' kata anak kedua dari empat bersaudara pasangan Abdul Muin dan Djamilah iniDalam enam bulan terakhir, hampir tiap minggu Subchan dan timnya ke lapangan menguji SaturnWaktu yang terbatas memang menjadi salah satu kendala pengembangan SaturnBahkan sampai babak final pun, masih ada beberapa masalah yang mengganjal.
''Pada proofing event (pembuktian produk)  yang berlangsung selama lima hari, kami sempat khawatir karena sampai hari ketiga komunikasi antara stasiun pengendali di darat dan robot kendaraan tidak begitu bagus,'' ungkap Subchan, yang dikaruniai lima anak dari perkawinannya dengan Ima Imadatul iniUntunglah pada hari keempat, persoalan bisa diatasi
Menurutnya, salah satu challenge yang harus dilakukan setiap tim adalah, dalam waktu satu jam harus mendemonstasikan hasil temuannya di Village of Copehill Down, di Salisbury Plain, Wiltshire InggrisYakni,  sebuah perkampungan yang khusus dibuat untuk latihan militerKondisi perkampungan itu dibuat sedemikian rupa mirip dengan medan peperangan, lengkap dengan snipers, bom, tank, peluncur roket, hingga aktor yang berperan sebagai tentara lawan dan penduduk sipilRobot peserta Grand Challenge MoD harus bisa membedakan mana yang ancaman dan mana warga sipil biasa
''Saya sangat bersyukur bisa menang,'' kata Subchan yang pernah empat tahun bekerja di IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) sebelum menjadi dosen ITS
Subchan layak berbangga karena dari 11 tim yang mengikuti lomba ini, hanya enam yang masuk babak finalDan dari enam ini, Team Stellar menang dan berhak atas penghargaan begengsi RJ Mitchell TrophyTropi yang mengambil nama perancang pesawat Spitfire Fighter, pesawat tempur  legendaris pada pertempuran Battle of Britain.
Penelitian pertahanan dan keselamatan sipil memang bukan dunia yang asing bagi SubchanCranfield University, tempat Subchan sekarang bekerja sebagai peneliti memiliki studi pertahananDi sinilah dulu ia menyelesaikan S3 di bidang Guidance and Control (Panduan dan Kendali)''Berbagai proyek yang saya ikuti hampir semuanya memiliki kaitan dengan pertahanan,'' kata Subchan .
Setelah lulus Phd, dia meneruskan post doctoral  pada Departement Informatics and Sensors pada universitas yang sama dengan bidang yang ditekuninya sekarang adalah decision making, data fusion, mission planning and control (bidang pengambilan keputusan, penggabungan data, dan perencenaan misi).  Ia mengaku tidak pernah membayangkan dan berencana menjadi peneliti militerTapi kuliah S3 di Cranfield University membuatnya menekuni penelitian dan pengembangan teknologi militerIa pernah meneliti 'awan yang tercemar nuklir'Bila semisal ada kebocoran di reaktor nuklir, Subchan membantu menentukan luas wilayah yang tercemar bahan berbahayaDari sini bisa ditentunkan warga di wilayah mana yang harus diungsikan karena kebocoran nuklir tersebut''Inilah yang membuat saya senang dan menikmati bidang sayaAda hasil nyata yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,'' kata Subchan yang juga sering menjadi pembicara pada forum pengajian di Swindon dan London
Untuk masa depan Saturn yang ia kembangkan bersama Team Stellar, ia belum tahu persis kapan selesai dan dipakai oleh kalangan militerSubchan menjelaskan teknologi yang dipakai sangat kompleks yang tentunya membutuhkan dana yang besar''Kalau dananya tersedia mungkin Saturn bisa hadir lebih cepat,'' tandasnya(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bantu 10 Anak Tak Mampu Raih Gelar Doktor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler