Bantu 10 Anak Tak Mampu Raih Gelar Doktor

Rabu, 06 Agustus 2008 – 09:31 WIB
Nelson Tansu.

Tahun lalu Nelson Tansu kehilangan ayah-ibunya akibat perampokan di kampungnya, Medan, Sumatera UtaraMeski saat ini sudah hidup mapan di Amerika, profesor termuda itu tetap setia berpaspor Indonesia

BACA JUGA: Kaban Pasrah kalau Dicopot



SITI AISYAH, Denpasar

NELSON Tansu –profesor Universitas Lehigh di Amerika– menjadi salah satu bintang di forum Asian Science Camp (ASC) 2008 yang kini diadakan di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali
Terutama bagi puluhan pemenang olimpiade sains Indonesia yang menjadi peserta acara di sana

BACA JUGA: Jadi Tamu Kehormatan, Naik Kiai Garuda Putra

Maklum, saat duduk di SMA di Medan dulu, Tansu adalah finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia

Tampil rapi dengan kemeja biru muda dipadu jas hitam, Tansu lebih mengesankan sebagai pebisnis muda

BACA JUGA: Lepas Pekerjaan di Australia, Siap Gaji Turun Dratis

Terutama ketika berada di antara para profesor, termasuk para peraih Nobel, yang menjadi pembicara di ASC yang umumnya sudah tuaSaat ditemui Jawa Pos, gurat kelelahan terlihat di wajahnya karena dia mengisi acara sejak pagiNamun, dia tetap bersemangat untuk masuk kelas dan mengikuti sesi berikutnya
’’Wait for a second (tunggu sebentar),’’ ujarnyaMeski asli warga negara Indonesia (WNI), Tansu lebih senang menggunakan bahasa Inggris’’Saya sekarang lebih banyak tinggal di AmerikaTapi, masih sering mengunjungi Indonesia,’’ jelas pria kelahiran 20 Oktober 1977 itu
Tansu, lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan 1995, adalah sosok yang patut dibanggakanSaat usianya baru 25 tahun dia diangkat menjadi profesor di Lehigh University, sebuah universitas ternama di Negara Bagian Pennsylvania, Amerika
’’Persaingan mendapatkan posisi sebagai profesor di Amerika memang sangat ketatSetiap satu lowongan, lebih dari 350 orang yang mendaftar,’’ katanya
Sukses Tansu menjadi pengajar di Lehigh University dan dinobatkan sebagai profesor termuda di Amerika itu berkat didikan orang tuaSebab, sejak kecil sang ayah, Iskandar Tansu, memompa semangat untuk meraih prestasi tertinggi.
Berkat gemblengan keras sang ayah, Tansu sejak kecil sering memenangi berbagai lomba dan kejuaraan”Ayah saya seorang pekerja kerasSaya juga terbiasa melakukannya sejak muda hingga menjadi profesor seperti sekarang,’’ ungkapnya
Kecuali spirit kerja keras, Tansu mengakui, sebetulnya tidak ada yang spesial dari pendidikan yang diberikan orang tuanyaDia bermain dan belajar seperti kebanyakan anak-anak lain”Bimbingan keluarga, orang tua, guru, dan sekolah itu penting, tapi yang lebih penting adalah usaha kita,’’ jelasnya.
Menurut Tansu, dirinya sering harus tidur larut malam untuk menyelesaikan tugasNamun, dia mengaku tidak keberatan, karena menyukai apa yang dilakukannya’’Yang terpenting, lakukan hal yang paling kamu sukai sehingga kamu pasti berhasil di dalamnyaTentu saja ditambah dengan usaha yang keras,’’ katanya.
Sukses Tansu menjadi profesor di Lehigh University bukan kebetulanDunia sudah mengakui karya-karya ilmiahnyaSaat ini lebih dari 138 riset dan karya tulis yang telah dipublikasikanSelain itu, dia menjadi pembicara aktif di berbagai seminar tentang sains dan pendidikan di seluruh dunia
Meski berasal dari Indonesia dan masih mencintai negaranya, Tansu mengaku tidak punya rencana untuk menghabiskan masa tua di tanah air’’Saya tidak punya rencana sejauh ituToh, 20 tahun lagi kita adalah citizen of the world, orang akan bebas tinggal di mana pun,’’ kata laki-laki yang baru tahun lalu mempersunting Adela Gozali Yose, gadis Medan, menjadi istrinya itu
Sayang, tahun lalu (2007) pula Tansu mengalami masa yang kelam dalam sejarah hidupnyaRumahnya dirampok dan ayah ibunya, Iskandar Tansu dan Auw Lie Min, dibunuh’’Saat penyelidikan, kita mengalami masalah dengan penegak hukumnya,’’ ujarnya.
Modus perampokan dan pembunuhan itu memang sadis sehingga dua pelakunya divonis matiTansu tidak bersedia mengenang dan berbicara lebih lanjut tentang peristiwa traumatik yang menimpa dia dan dua saudaranya yang lainNamun, pengalaman itu tidak mematikan rasa cintanya kepada Indonesia.
’’Semua kenangan tetang masa kecil dan orang tua saya ada di siniSaya tentu tidak bisa melupakan Indonesia,’’ kata doktor electrical engineering University of Wisconsin di Madison, Amerika, itu
Sebagai bukti kecintaannya kepada Indonesia, Tansu kini menggalang dana untuk menyekolahkan anak tidak mampu tapi pandai yang ingin memperoleh gelar doktor (PhD)’’Untuk mendapatkan gelar tersebut kan susah, butuh banyak biaya untuk riset dan penelitian,’’ ujarnya
Saat ini, lanjutnya, di antara 10 orang yang dibantunya, dua orang dari IndonesiaDia berharap pada tahun-tahun yang akan datang lebih banyak lagi orang Indonesianya”Di Amerika banyak yang mau memberikan bantuan dana untuk pendidikan dan saya bisa mencarikannya dengan mudah,’’ jelasnya
 Menurut Tansu, kegiatannya  itu bukan semata karena peduli terhadap bangsa Indonesia, tapi juga karena kepeduliannya kepada pendidikan”Sejak kecil saya ingin jadi pendidik di bidang sains dan engineering, sayangnya posisi ini di Indonesia kurang dihargai,’’ kata pengajar S-3 itu.
Dia tak setuju guru cuma dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena guru butuh uang makanGaji guru dan dosen yang rendah itulah yang menjadi salah satu penyebab banyak orang pintar yang lari ke luar negeri
’’Inilah yang menjadikan mutu pendidikan kita rendahGuru-guru dengan gaji dan fasilitas pas-pasan tentunya tidak bisa memberikan pelayanan optimal karena harus mencari tambahan sampingan,’’ jelasnya.   
Tansu mengharapkan pemerintah segera mengubah kebijakannya agar mutu pendidikan di Indonesia meningkat’’Jika ada profesor yang kembali ke Indonesia ditawari jadi dosen atau anggota dewan, maka jawabannya pasti yang terakhir, it’s the reality,’’ jelasnya.
Selain itu, menurut pemikiran Tansu, Indonesia seharusnya mempunyai satu universitas yang bisa menjadi kebanggaan’’Jika ada satu saja universitas di Indonesia yang setara dengan di AS, maka anak-anak kita yang pandai tidak akan lari ke luar negeriMereka akan memilih kuliah di negaranya sendiri,’’ ujarnya.
Tansu mengenang, akibat tak adanya perguruan tinggi kebanggaan itu, ayahnya, Iskandar Tansu, mendorong semua anaknya sekolah ke AmerikaSelain dia, abangnya, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AmerikaBegitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU)Kedua saudaranya itu tinggal di Indonesia(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bingung Bisa Terima Banyak SMS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler