Dollar Melejit, Pelaku Usaha Traveling Menjerit

Kamis, 27 Agustus 2015 – 01:03 WIB
Ilustrasi.

jpnn.com - JAKARTA – Menguatnya dolar Amerika sampai Rp 14 ribuan hampir bisa dipastikan membuat masyarakat yang suka plesir ikut merana. Terutama, bagi yang kerap memanfaatkan jasa jasa tour dan travel ke luar negeri. Untuk melindungi perusahaan agar tidak collapse karena membayar berbagai kerugian, biro perjalanan bersiap menetapkan patokan USD yang lebih mahal.

’’Kalau kenaikan dolar tetap tidak terkendali, USD akan kami patok Rp 14.500,’’ terang Ketua Asosiasi Tour dan Travel Indonesia (Asita) Asnawi Bahar. 

BACA JUGA: Makin Agresif, Citilink Buka Lima Rute Baru

Cara itu terpaksa dilakukan karena para pengusaha terancam bangkrut. Selain pemesanan tiket untuk bepergian diprediksi berkurang, pihaknya juga harus menambah uang untuk membayar hotel dan restoran.
          
Tambahan uang itu disebutnya tidak bisa dibebankan kepada pelancong karena sudah mengikat kontrak dengan travel. Kondisi itu bisa makin buruk kalau menguatnya dolar tidak ditekan pemerintah. 

Harga-harga makin mahal termasuk bebagai komoditas pendukung bisnis pariwisata. ’’Itu bisa berbahaya, akan mengalami kerugian besar,’’ jelasnya.
          
Dengan mematok nilai tukar lebih tinggi, pengusaha bisa lebih aman dalam mengatur bisnisnya. Jadi, kenyamanan pelancong yang menggunakan jasa travel bisa terjaga. Soal berapa lama patokan nilai tukar itu dipertahankan, dia tidak bisa menjawab pasti. 

BACA JUGA: NGERI! Bisnis Komputer 70 Persen Sudah Hancur

’’Dilihat dulu seperti apa. Kalau terus naik, bisa saja dipatok Rp 15 ribu,’’ terangnya.
          
Lebih lanjut dia menjelaskan, efek ke bisnis penjualan tiket ke luar negeri juga dipastikan segera terasa. Seperti saat dolar terus merangkak naik menuju Rp 14 ribu, pengurangan pembelian tiket terus terjadi. ’’Yang sekarang belum terdata, tapi selama ini berkurang sampai 20 persen,’’ jelasnya.
          
Meski demikian, melemahnya rupiah disebutnya membawa keuntungan bagi biro perjalanan yang bermain di sektor pariwisata inbound. Diprediksi, wisatawan asing akan bertambah. Begitu juga arus lalu lintas wisata dalam negeri oleh wisatawan domestik. Prediksi itu akan teruji saat libur Idul Adha nanti.
          
’’Bagi non-muslim, itu termasuk waktu liburan dan menjadi peak season bagi tour and travel,’’ katanya.
          
Namun, prediksi itu bukan berarti membuat pengusaha biro perjalanan dalam negeri bisa tenang. Dampak menguatnya USD dalam jangka panjang disebutnya tetap berpengaruh ke hotel dan restoran dalam negeri. 

’’Dulunya liburan lima hari, jadi tiga hari. Bujet menginap di hotel bintang 5, turun ke bintang 4,’’ terangnya. (dim/mas)

BACA JUGA: Industri Garmen Makin Agresif

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua Komisi VI: Ekonomi Indonesia Gawat Darurat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler