jpnn.com - JAKARTA - Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo), Nursyamsi mengatakan krisis ekonomi tahun 2015 ini dampaknya melebihi krisis yang terjadi pada tahun 2008.
"Sebagai pengusaha komputer, saya juga mengalami krisis ekonomi di tahun 2008. Saat itu daya beli masyarakat relatif masih ada. Tapi krisis 2015 ini kondisinya lebih parah untuk pengusaha komputer sebab daya beli masyarakat drastis melemah," kata Nursyamsi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26/8).
BACA JUGA: Industri Garmen Makin Agresif
Sebelum krisis ekonomi ini terjadi lanjutnya, sebetulnya semenjak terjadi booming android yang melahirkan gudget di tahun 2012, bisnis komputer dan laptop sudah lesu.
"Konsumen beralih ke gudget karena bisa menggantikan fungsi komputer dan laptop. Tambah lagi dengan tepuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Data terakhir di Apkomido, sekitar 70 persen dari anggotanya hancur dibisnis laptop dan komputer," ujarnya.
BACA JUGA: Ketua Komisi VI: Ekonomi Indonesia Gawat Darurat
Demikian juga halnya pusat-pusat perdagangan laptop dan komputer seperti mal Mangga Dua dan Glodok yang pada tahun 2012 dan 2013 diprediksi sebagai tempat jualan yang strategis.
"Saat ini lokasi tersebut tidak lagi menjanjikan karena tidak ada yang beli laptop atau komputer," tegasnya.
BACA JUGA: Jangan hanya Kejar Cukai, Ingat juga Nasib Pekerja
Dia ceritakan, salah seorang teman dekatnya yang selama ini memiliki 70 konter laptop dan komputer di seluruh Indonesia, kini sudah tutup. "Dia kini hanya jadi pedagang konsinyasi barang dari distributor sebagai upaya untuk menyelamatkan karyawannya saja," ungkap Nursyamsi.
Karena itu, Apkomindo berharap agar krisis kali ini sebagai puncaknya karena sudah 70 persen anggota Apkomindo hancur bisnisnya.
Untuk tindakan penyelamatan usaha, Apkomindo dalam waktu dekat akan mengadakan Rakornas dan mengundang beberapa vendor serta prinsiple nasional guna merumuskan jalan keluar terbaik mengatasi keadaan ini.
"Salah satu agenda Rakornas Apkomindo nantinya meminta vendor dan prinsiple memproduksi komputer atau laptop sesuai dengan daya beli masyarakat yang lagi terpuruk ini. Kita mudahkanlah masyarakat tetap bisa belanja laptop atau komputer sekaligus menghindari agar pengusaha laptop dan komputer tidak meninggalkan profesinya ini karena akan dengan mudah dikuasai pedagang asing," pungkasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fantastis, Adhi Karya Berhasil Capai Kontrak Baru Rp7 Triliun selama Juli
Redaktur : Tim Redaksi