Dor! Dor! Penyandera Dilumpuhkan, Entah Berapa Peluru

Rabu, 05 April 2017 – 00:42 WIB
Pistol. Foto: pixabay

jpnn.com, TARAKAN - Peristiwa penyanderaan terjadi di Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (4/4).

Setelah berlangsung berjam-jam yang dimulai pukul 13.00 Wita, pelaku bernama Fulla dihadiahi timah panas oleh aparat kepolisian di rumahnya RT 1 Kelurahan Karang Anyar Pantai.

BACA JUGA: Kaki Remuk Didor Polisi, Simak nih Pengakuannya

Fulla dilumpuhkan polisi karena tidak mau menyerahkan sanderanya yang masih berstatus keponakannya, Fa (4) dan Ai (2).

Setelah sebelumnya dilakukan negosiasi oleh kepolisian, dia juga berupaya melawan petugas dengan dengan menggunakan benda tajam yang dipegangnya.

BACA JUGA: Begini Kronologis Polisi Tembak Polisi di Asrama Polres

“Kami laporkan kepada pimpinan cara bertindak. Mulai dari tahapan A sampai D. Untuk tahap pertama negosiasi secara baik-baik sudah kami lakukan. Masuk ke tahap kedua juga sudah dilakukan. Akhirnya ketiga upaya paksa. Karena waktu sudah sore, kami rapat apakah mengambil tahapan keempat,” ujar Wakapolres Tarakan Kompol Rizki Fara Sandy usai memimpin operasi pembebasan sandera.

Sebelum menembak mati, jelasnya, aparat sudah memberikan tembakan peringatan dua kali agar Fulla mau menyerahkan sandera dan dirinya kepada aparat.

BACA JUGA: Menegangkan! Baku Tembak Polisi vs Begal, Lima Mampus

Namun, lanjutnya, Fulla justru keluar dari kamar dengan menodongkan parang di salah satu tubuh anak yang disanderanya.

“Dia malah melawan petugas sehingga kami keluarkan tembakan peringatan dua kali,” ujarnya.

Bahkan, dari keterangan polisi yang bertindak, beberapa bagian tubuh anak tersebut luka karena sayatan parang Fulla.

Begitu Fulla keluar dari kamar, beberapa polisi dibantu TNI yang siaga di dalam rumah, langsung menyambar sambil berupaya merebut sandera dan parang yang dari tangan Fulla.

“Dari negosiator (polisi) ini merebut parang, yang anggota polisi lainnya mendorong dia menempel ke dinding, yang anggota TNI menahan parang,” paparnya.

Fulla masih berupaya melawan petugas meski polisi sudah menyarangkan timah panas di bahu dan kakinya.

Polisi akhirnya mengarahkan lagi tembakan di bagian badan Fulla hingga melumpuhkannya.

Polisi pun merampas sandera dan parangnya. Sementara Fulla terkapar di dalam rumah.

Meski menyebutkan kronologi penembakan, Rizki belum bisa memastikan berapa butir peluru yang bersarang di dada Fulla.

Pihaknya menunggu hasil autopsi dari RSUD Tarakan. Sementara, dua bocah yang disandera langsung di rawat di RSUD Tarakan untuk memulihkan kondisi kejiawannya.

Dari keterangan yang didapat sementara oleh polisi, Rizki menyebut diduga Fulla memiliki permasalahan keluarga.

Selain itu, Fulla juga diduga mengalami kelainan jiwa. Namun, polisi masih mendalami keterangan tersebut.

Sementara itu, istri pelaku, Santi, tidak menyangka suaminya nekat ingin menghabisi saudaranya, Er dan menyandera dua keponakannya.

Peristiwa tersebut begitu cepat terjadi. Dia baru mengetahui setelah Er berteriak minta tolong karena akan dibunuh oleh Fulla.

“Saya awalnya tidak tahu juga. Nanti setelah lari ke luar yang ditimpas itu baru saya tahu,” ujar Santi.

Dari apa yang dia lihat, Er mengalami tiga luka tusuk, dua di antaranya di bahu dan paha.

Itu terjadi sekira pukul 12.450 Wita saat Er berada di dalam rumah bersama Fulla. Dengan sisa tenaga, Er ke luar rumah sambil berteriak minta tolong.

Tetangga yang mendengar teriakan tersebut langsung menolong Er yang coba dikejar Fulla, lalu membawanya ke RS Pertamedika.

Sementara kejadian ini dilaporkan ke Polisi Perairan (Polair) yang tidak jauh dari TKP.

Fulla sendiri yang gagal menghabisi Er, kembali ke rumah dan masuk ke kamar yang di dalamnya terdapat dua anak Er sedang tidur.

Terjadilah penyanderaan berjam-jam yang berujung tembak di tempat oleh kepolisian. (mrs/fen)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditembak Polisi di Asrama, Anggota Polres Kritis


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler