Dorong Industri Pupuk untuk Genjot Produksi Pangan Nasional

Rabu, 30 Agustus 2017 – 18:33 WIB
Seorang petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah sedang memanen padi. Foto/ilustrasi: Ayatollah Antoni

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat dalam dua tahun terakhir ini produksi komoditas pangan strategis nasional seperti beras dan jagung mengalami peningkatan. Peningkatan untuk produksi beras tumbuh di atas 5 persen, sedangkan jagung 18 persen.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Pending Dadih Permana mengatakan, ada faktor penting yang menentukan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pangan strategis nasional itu. Menurutnya, capaian itu tak bisa dilepaskan dari dukungan ketersediaan dan kebijakan pupuk.

BACA JUGA: Begini Cara Kementan Atasi Potensi Kekeringan

“Industri pupuk harus berkembang. Sudah keniscayaan jika mau akselerasi produksi pertanian harus ditopang industri pupuk yang bagus,” ujar Dadih dalam seminar bertajuk Kinerja Kedaulatan Pangan dan Pemupukan Nasional di Jakarta, Rabu (30/8).

Dadih menambahkan, selain pupuk memang ada faktor penentu lain dalam peningkatan produksi pertanian. Misalnya, ketersediaan benih unggul dan peralatan untuk mesin pertanian.

BACA JUGA: Ini Persiapan Kementan Jelang Iduladha 1438 H

Namun, pupuk memang menjadi faktor penting dalam peningkatan produktivitas. “Pupuk merupakan salah satu input produksi yang harus diperjuangkan,” tegasnya.

Pada kesempatan sama, peneliti senior dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Achmad Suryana mengatakan, capaian produktivitas komoditas pangan strategis nasional dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan rekor tersendiri. Menurutnya, ketersediaan dan penggunaan pupuk secara berimbang dengan pola 6 Tepat yang berarti tepat jenis, jumlah, harga, mutu, waktu dan tempat memang telah berhasil mendorong pencapaian produksi dan produktivitas komoditas pangan strategis nasional.

BACA JUGA: Penting Menyediakan Daging Kurban Yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal

Selain itu, Suryana menyebut penggunaan pupuk urea, SP36 dan KCL di sebagian besar propinsi di Indonesia sudah efisien. Di samping itu, petani juga tak responsif terhadap kenaikan harga pupuk.

“Artinya, harga tidak lagi menjadi penentu utama bagi petani dalam membeli dan menggunakan pupuk,” ulasnya.

Adapun Kepala Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Kementan  Husnain menjelaskan, pemupukan berimbang berkontribusi pada peningkatan produksi pertanian hingga 20 persen. "Efektivitas penerapan pupuk berimbang dapat tercapai bila diperhatikan faktor-faktor penentu seperti status hara tanah dan teknik pemupukannya,” sebutnya.

Sementara Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia Koeshartono mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan strategi untuk mendukung program ketahanan pangan. Yakni dengan menjamin ketersediaan pasokan pupuk siap pakai dan mendistribusikannya hingga seluruh Indonesia, termasuk di daerah-daerah terpencil.

"Pupuk Indonesia menambah gudang penyangga dan menyediakan sarana transportasi untuk ke kios remote serta menginvertarisir kebutuhan pupuk yang akan ditangani di wilayah terpencil, sehingga pendistribusian pupuk bersubsidi ini bisa memenuhi kaidah 6 Tepat, yaitu tepat waktu, jenis, lokasi, jumlah, mutu dan harga,” ujarnya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Produksi Kelapa Sawit Sumbang Sumber Devisa Rp 239 triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler