jpnn.com - JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah semestinya bisa dimanfaatkan untuk membuat barang-barang komoditas ekspor produksi Indonesia bisa semakin kompetitif dari segi harga. Karenanya, pemerintah disarankan segera memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah untuk menggenjot ekspor ke berbagai negara strategis yang perekonomiannya sedang tumbuh signifikan.
Menurut Chief Economist & Strategic Investment IGIco Advisory, Martin Panggabean, pemerintah perlu menetapkan skala prioritas industri di tengah tren perang kurs di antara negara-negara yang memiliki kekuatan ekspor relatif sama. Martin menegaskan, jika pelemahan rupiah itu bisa diimbangi dengan meningkatnya impor maka perekonomian nasional akan sangat terbantu.
BACA JUGA: Pelindo II Bantah jadi Biang Kerok Lambatnya Dwelling Time Tanjung Priok
"Pemerintah harus menentukan driver sector industry dan komoditi untuk menggenjot ekspor di tengah perang kurs dan competitive devaluation negara-negara tetangga, agar terhindar dari resesi ekonomi. Sehingga tidak menganggu kondisi sosial masyarakat," ujar Martin dalam siaran persnya, Sabtu (20/6).
Menurutnya, untuk jangka pendek, rupiah dan inflasi makin memperlemah sektor riil. Bahkan pada perdagangan pekan lalu kurs dolar AS (USD) sempat nyaris menembus Rp 14 ribu. “Ini merupakan level terendah sejak krisis 1998," ulasnya.
BACA JUGA: Horee...Selama Mudik, Tarif Tol Turun 35 Persen
Martin menegaskan, kondisi itu memang membuat pemerintah cemas sehingga meminta publik mewaspadai perang kurs. Namun, ia melihat kondisi itu masih dalam batas wajar.
Hanya saja pemerintah tetap tak boleh berdiam diri. Martin melihat dalam jangka menengah ada harapan yang riil dari sisi ekspor.(chi/jpnn)
BACA JUGA: Aduuuh...Daging Sapi Tembus Rp 150 Ribu/Kg
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Makin Pedas, Sayuran Melonjak Tajam
Redaktur : Tim Redaksi