Dorong Transparansi Pemerintahan Asia Afrika Lewat Kompetisi

Indonesia Diwakili Dua Finalis

Senin, 13 April 2015 – 20:20 WIB

jpnn.com - JAKARTA – Global Innovation Week dilangsungkan di Jakarta, Senin (13/4). Sepuluh innovator dari seluruh dunia berlomba meraih dana hibah senilai 300 ribu pounsterling. Para pemenang juga akan diberi kesempatan mengubah ide mereka menjadi kenyataan dalam jangka waktu enam bulan dibawah bimbingan para ahli.     

Global Innovation Week adalah kegiatan final dari kegiatan tahunan Global Innovation Competition 2015 (GIC2015) yang diselenggarakan oleh Making All Voice Count.  Kompetisi ini dimulai dengan ajakan untuk melahirkan solusi penuh terobosan yang menggaungkan suara masyarakat luas dan mendorong pemerintahan yang bersih di Negara-negara Asia dan Afrika.

BACA JUGA: Ini Syarat Kawasan Transmigrasi Bisa Punya Kota Terpadu Mandiri

“Kami menyerukan para peserta untuk berpikir besar, berpikir radikal. Melihat masalah lama dengan cara pandang baru dan mendengarkan permasalahan yang tidak pernah mengemuka,” tutur Direktur Inovasi Making All Voice Count, Daudi Were, kepada wartawan di Hotel Sultan Jakarta, Senin (13/4).

Lebih dari 25 ribu ide-ide dari publik masuk untuk kompetisi tahun ini. Mulai dari pelaporan anonym tentang pelanggaran hak-hak buruh di Bangladesh, pelaporan penanganan bencana berdasarkan system informasi menggunakan teknologi cloud yang saling terkait di Filipina, hingga jaaringan citizen journalism yang menyoroti ketidakadilan hukum di Afrika Selatan.

BACA JUGA: Susi Sebut Bos Kapal Hai Fa Merasa Hebat

Setelah tahap seleksi dan pemeriksaan tim Making All Voice Count, Jakarta menyambut dan menjadi tempat berkompetisi bagi 10 finalis yang terpilih dari seluruh dunia.

Dua dari 10 finalis tersebut berasal dari Indonesia. Yaitu “The Volunteer Network Platform on Climate Chage Info”, dengan ide penggunaan SMS dan platform berbasis website untuk menciptakan Informasi local yang mudah diakses tentang informasi mengenai komunitas yang terkena dampak perubahan suhu di Indonesia.

BACA JUGA: Merasa Honor KPU Paling Kecil, Minta Kenaikan Tunjangan

Yang kedua adalah “Women and Youth Develompent Institute of Indonesia”, dengan ide penggunaan solusi teknologi untuk mendukung dialog berkelanjutan antara pemerintah local dan anggota masyarakat yang berusaha untuk membuat suara mereka diperhatikan dan didengar di wacana politik  local Indonesia.

Dari 13 hingga 17 April, para finalis di Jakarta bekerja dengan para ahli untuk mempersiapkan presentasi akhir di hadapan juri. Para pemenang akan diumumkan di Gala Night pada Kamis lusa (16/4) sekaligus merayakan dan mengapresiasi kerja para finalis lainnya.

“Making All Voice Count adalah gerakan inisiatif internasional yang ikut member kontrribusi pada upaya menciptakan pemerintah efektif dan akuntabel di 12 negara Asia dan Afrika,” ungkap Sheila Ochugboju, ketua juri GIC 2015. Ke-12 negara tersebut adalah Indonesia, Bangladesh, Ghana, Kenya, Liberia, Mozalbik, Nigeria, Pakistan, Filipina, Afrika Selatan, Tanzania, dan Uganda.

“Tujuan dari Making All Voices Count adalah mendorong secara substantial tata kelola pemerintahan demokrasi efentif dan akuntabel. Sedangkan GIC 2015 bertujuan mendukung proyek yang tujuannya sesuai dengan inisiatif Making All Voices Count secara luas,” beber Sheila. (ali/mas)           

BACA ARTIKEL LAINNYA... 94,64 Persen Kada-Wakada Pecah Kongsi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler